Beranda

Tinggalkan komentar

KyuAe Another Side..

lagi kangen yesung oppa gara-gara ss5

Title                 : Leave-taking

Author            : RirinKyu

Cast                 : Shin Aerin, Super Junior

Genre              : Family, Romance, Brothership

Rating             : PG-15

Length             : Oneshot

 

 

Aku mengusap wajahku yang basah oleh air mata. Dorm super junior seperti rumah berkabung, senyap! Hanya berisi suara isakan yang sesekali muncul entah dari siapa. Ryeowook oppa, menunduk dengan air mata yang menetes lamban melewati dagunya, Donghae oppa, lebih parah lagi, ia terisak dengan bahu terguncang, dan disampingnya Eunhyuk oppa walaupun sesekali terisak tapi tidak separah dongahe oppa, kondisi member lain tidak jauh dari itu.

Aku menyandarkan kepalaku pada pundak Kyuhyun yang sama terisak, kepalaku pening, walaupun tidak separah Donghae oppa, aku menangis cukup parah tadi, suasana seperti ini mengingatku pada suasana beberapa waktu yang lalu saat Leeteuk oppa lebih dahulu pergi untuk mengabdi pada Negara. Aku menangis seperti itu, tak terkendali.

Aku memang baru dua tahun mengenal mereka, tepatnya setelah aku menjadi pacar sah Cho Kyuhyun, tapi kedekatanku dengan mereka hampir menyerupai satu keluarga. Aku menyukai mereka, bagiku ke 13 namja itu adalah bagian yang tidak terpisahkan dari hidupku, aku tanpa mereka seperti tidak sempurna, dan aku tidak bisa membayangkan, bagaimana rasanya jika aku mendadakak kehilangan mereka satu persatu.

Heechul oppa, dia meninggalkan ku lebih dulu setelah aku mengenal mereka dengan baik. Namja yang mempunyai tingkat ketegaan diatas batas normal, senang sekali menarik rambutku yang selalu dikucir satu, mengolok-olok cara dandanku yang memang memperhatinkan. Tapi aku tahu, namja cantik itu menyayangiku sama seperti dia mencintai saudara-saudaranya di dorm ini, buktinya dia menangis saat memelukku ketika akan berangkat wamil, memberi pesan padaku tentang pentingnya menjaga penampilan bagi wanita, walaupun dia tetap mengancamku untuk tidak mendahulinya untuk menikah.

Leeteuk oppa, dia ayah kedua bagiku, karena itulah aku memanggilnya appa, walaupun tidak jarang kelakuaanya seperti anak lima tahun. Tapi dia orang yang sangat bijaksana, aku selalu berlari padanya jika aku sedang kesal pada Kyuhyun. Saat Leeteuk oppa pergi, dia menitipkanku pada Donghae oppa untuk menggantikannya menjadi teman curhatku.

Ah benar, ternyata aku memang sangat merindukan mereka berdua, oppa ku yang galak dan appaku yang bijak.

Dan sekarang satu lagi oppa tercintaku akan hengkang dari dorm ini, tentu saja aku akan susah bertemu dengannya. Memang hanya dua tahun, tapi tetap saja rasanya menyesakan, aku baru menikmati kedekatanku bersamanya karena aku paling lama menyesuaikan diri dengan Yesung oppa, dia memang orang yang sangat tertutup, sedikit misterius dan aneh. Tipikal orang yang senang menutupi hal-hal yang dirasakannya. Berbeda sekali dengan ku yang berisik dan tukang rusuh, Yesung oppa, terlihat tidak nyaman ketika aku berisik di dekatnya.

Tapi lama kelamaan aku semakin dekat dengan namja sipit itu, bahkan lebih akrab dari pada dengan Siwon oppa yang pertama kali akrab denganku, aku sering menemaninya memandikan kura-kura peliharaannya dan membersihkan kandangnya, mendengarkannya berlatih vocal dan mengkritiknya saat menari. Bahkan Kyuhyun sempat cemberu dengan kedekatanku bersama hyungnya itu.

Aku mendongak menatap mereka satu persatu, Yesung oppa masih menunduk walaupun tidak menangis lagi, yang lain juga begitu, kecuali Donghae oppa yang masih terisak. Ini tidak benar, seharusnya malam ini kami bersenang-senang bukan? Memberikan kenangan yang menyenangkan sebelum Yesung oppa pergi wamil.

“Ryeowook oppa, aku lapar!! Bisa tidak kau memasak untukku?” celetukku setelah sebelumnya mengahapus sisa-sisa air mata di kedua pipiku.

“ya, Shin ae rin, dalam suasana seperti ini kau masih ingat makan.” Seru Kyuhyun menarik tanganku untuk kembali duduk disampingnya.

Aku mengembungkan pipiku kesal “Tapi aku lapar Kyuhyun-ah, Yesung oppa juga pasti lapar, benarkankan oppa?” tanyaku dibalas dengan pandangan aneh dari namja sipit itu.

“Yakk!! Berhenti bersipat kekanakan!” bentak Kyuhyun lagi dan tentu saja tidak kuperdulikan.

“Ryeowook oppa, aku lapar, kau ingin melihatku kelaparan eoh?” rengekku lagi.

“Yakkk!! Shin Ae Rin diam kataku!!”

Aku menunduk, memandang karpet cream yang melapisi lantai drom. Teriakan Kyuhyun sedikit membuatku takut, namja itu walaupun menyebalkan tidak pernah membentakku sekeras itu.

“Aku hanya ingin membuat suasana kembali normal, jangan membebani Yesung oppa dengan suasana seperti ini, seharusnya kita melakukan banyak hal menyenangkan sebelum Yesung oppa pergi, seperti makan bersama dan nonton bersama yang tidak akan kita rasakan dua tahun kedepan. Seharusnya seperti itukan? Membuat suasana kembali nyaman dan membuat Yesung oppa tertawa bahagia?” Lirihku dengan masih memandangi lantai. Aku masih belum berani mengangkat wajahku dan merasakan keheningan yang aneh untuk beberapa saat sebelum merasakan sepasang tangan merengkuh tubuh ku erat. Yesung oppa, dia memelukku membuat wajahku mendongak dan menemukan wajah sembabnya yang dipenuhi senyuman. Dia mengelus kepalaku lembut dan menyandarkan kepalaku didadanya sejenak.

“Ryeowook ah, maukah kau memasak malam ini? aku sedang ingin memakan masakanmu.” Serunya pada Ryeowook oppa. Ryeowook oppa mengangguk, menepuk kepalaku lalu berlalu menuju dapur.

“Oppa, aku ingin ikut memasak.” Ucapku mendongak, melapaskan diri dari pelukan Yesung oppa. “Kajja..”  lanjutku lalu menarik tangan Yesung oppa diiringi kekehan darinya.

“Yak!! Ubur-ubur, kau ingin meracuni kita semua dengan mengganggu Ryeowook hyung memasak!” teriak Kyuhyun sebelum aku benar-benar menuju dapur.

Aku memandang Kyuhyun tajam “Apa pedulimu Cho Kyuhyun.” Balasku tak kalah sengit, aku masih kesal pada namja tua berjerawat itu, berani-beraninya dia membentakku tadi.

“Aisshh… sudahlah Ae-ya, jangan bertengkar dengan magnae setan itu lagi, bukankah kau ingin ikut memasak? Kajja.” Aku mengangguk semangat lalu menarik tangan Yesung oppa tanpa memerdulikan dengusan kesal Kyuhyun.

 

 

Ryeowok oppa bersikeras memasak Miyeuk Guk untuk makan malam, dan memaksaku untuk memakannya dengan alasan demi membuat Yesung oppa senang. Aku sudah mengeluarkan wajah memelasku untuk kesekian kalinya dan merengak pada Kyuhyun untuk menjauhkan mangkok berisi makanan  hijau lembek berkuah itu. Dan tetntu saja setan itu senang melihatku tersiksa, memperkuat alibi untuk bersikeras memasukkan makanan itu kemulutku.

“Ayo chagia, kau bilang kita harus memberikan momen bahagia untuk Yesung Hyung, percayalah padaku ini enak sekali.” Bujuk Kyuhyun dengan wajah meyebalkan.

“Andwae!! Aku tidak mau, oppa aku mohon, kau ingin melihatku keracunan.?” Rengekku pada Yesung oppa yang dibalasnya dengan cengiran lebar.

Aku menarik napas, mengangkat sendok berisi sup rumput laut itu berlahan. Aku merasakan isi perutku yang memberontak setelah makanan itu masuk ketenggorokannku, Aisshh… isi perutku terancam, secepat kilat aku berlari kedapur untuk mengeluarkan makanan laknat ini dari perutku.

Masih merasa mual aku kembali keruang makan berniat balas dendam dengan meberikan sekeranjang sayur pada namja setan itu. Tapi aku tertegun melihat oppa deul yang tergelak bahagia melihatku tersiksa tadi, aku tersenyum senang, setidaknya walaupun aku nyaris mati suasana dorm  tidak seperti rumah duka lagi.

J J J J

Kami bangun pagi sekali hari ini, mengalahkan matahari yang menerobos keluar lebih cepat karena ini musim semi. Tadi malam kami tidur bersama di ruang tengah, aku tidur diatas sofa dan oppa deul bergelimpangan dilantai saling memeluk dengan Yesung oppa ditengah-tengah. Aku tersenyum melihat kebersamaan mereka yang terlihat manis, lebh manis bukan dari pada menangis bersama, raut wajah Yesung oppa terlihat segar dengan senyum melengkung dibibirnya, bahkan saat ia tertidur.

Aku beranjak kekamar mandi lebih dulu sebelum meneger hyung menerobos kedorm dan kamar mandi akan menjadi antrian penuh karena meneger hyung akan membangunkan oppa deul dengan sadis dan menggiring mereka kekamar mandi. Hari ini Yesung oppa akan berangkat pagi sekali dengan bus, 4 jam perjalanan sebelum menerima pelatihan, dan sesuai rencana tidak ada member Super Junior yang akan mengantarnya pergi, Yesung oppa walaupun terlihat tidak perduli, tapi persaannya sangat lembut walaupun dia selalu mempunyai banyak cara untuk menyembunyikan perasaannya itu.

Ryeowook oppa adalah yang pertama bangun ketika aku selesai mandi. Ia menepuk kepalaku sebelum beranjak kedapur untuk membuat sarapan, raut mukanya cerah namun terlihat sendu disaat bersamaan, kujamin dia langsung mengingat kepergian Yesung oppa saat dia bangun. Aku mengikuti Ryeowook oppa untuk membantunya memasak, mengiris cabe dan bawang  merah sebagai  bumbu nasi goring yang akan kita masak.

“Ryeowook-ah…” aku berbalik melihat Yesung oppa yang masih mengantuk menghampiri kami. “kau membantu Ryeowook memasak lagi Ae-ya?” tanyanya dengan cengiran lebar, aku mengangguk lalu memeluknya sekilas, jika Kyuhyun melihat ini kupastikan dia akan mengamuk, tapi aku sedang ingin bermanja-manja dengan oppa ku ini, jadi aku tidak kan memperdulikan Kyuhyun khusus hari ini saja.

Manager oppa datang setelah aku meletakan piring terkhir diastas meja makan, menyapaku sekilas lalu membangunkan oppa deul dengan cara yang ampuh, berteriak ditelinga masing-masing.

“Oppa-deul, cepat mandi aku sudah memasak untuk kailian!” teriakku saat ke8 namja itu masih menggeliat malas.

“Kau memasak Ae-ya?” seru Sungmin oppa.

“tentu saja, cepatlah!!” jawabku mendorong Kyuhyun yang masih malas kekamar mandi.

“Yakk.. Ae-ya!!!” teriak Kyuhyun dan tentu saja tidak kuperdulikan.

 

J J J

 

Yesung oppa bersiap dengan topi menutupi kepalanya yang berambut pendek khas wamil. Donghae oppa terisak lagi, dan Eunhyuk oppa dengan perannya sebagai pengganti Leeteuk oppa terlihat sangat tertekan. Salah satu suara emas andalan super junior akan pergi untuk sementara, walaupun semua part dalam lagunya akan digantikana Ryeowook oppa, tapi tetap saja akan sangat kehilangan, berdiri dipanggung tanpa member yang selalu membawakan part lugu paling banyak ini tetap saja akan terasa aneh terutama bagi para ELF.

Manager oppa memecahkan keheningan dengan menyuruh Yesung oppa bersiap. Aku tidak mungkin merubah suasana kembali ceria di menit terakhir kepergian Yesung oppa, bahkan aku merasakan tenggorokanku perih menahan tangis.

Yesung oppa menghela napas lalu berdiri diikuti oppadeul yang akan mengantar Yesung oppa menuju bis jemputan. Sedangkan aku tentu saja tidak akan ikut mengantar karena akan banyak netizen diluar sana.

“Ae-ya..” lirih Yesung oppa berniat berpamitan padaku, aku berlari memeluk Yesung oppa erat dibalas olehnya dengan tidak kalah erat. Aku menahan dadaku yang benar-benar sesak, membiarkan air mataku berjatuhan satu-satu. Oppaku yang bisa terlihat aneh dan misterius disaat bersamaan, oppa yang memebutuhkan waktu lama untuk benar-benar merasa akrab dan nyaman dengannya, oppa yang selalu menyenyikan lagu ketika aku memintanya walaupun lelah sepulang konser, oppa ku yang bersuara malaikat ini—entah  kenapa aku merasa tidak rela melepasnya pergi.

Aku melepaskan pelukanku dengan tidak rela, terisak semakin parah memohon pada manager oppa nuntuk membiarkannku memeluknya sebentar lagi, dibalas gelengan tegas oleh manager oppa karena Yesung oppa harus segera berangkat. Yesung oppa mengecup puncak kepalaku sekilas, memberikan pesan padaku sebelum benar-benar pergi disusul oleh oppa deul. Kyhyun memelukku sekilas dan berpesan padaku untuk menunggu di dorm.

 

J J J

 

Aku memegang i-phon melihat salah satu video mubank super junior di Indonesia. Saat itu Yesung oppa menari dengan sangat aneh diakhir lagu oppa-oppa yang dibawakan oleh Donghae oppa dan Eunhyuk oppa, ia memakai celana pendek merah kotak-kotak mebuatnya terlihat seperti bocah.

Suara derap kaki diluar drom menghentikan kegiatannku menonton video oppadeul. Secepat kilat aku menjeblakan pintu berniat melihat mereka. aku tertegun melihat oppadeul yang berjalan menunduk dengan bahu melorot. Kyuhyun berhenti dihadapanku dengan mata merah dan sedikit bengkak, aku memeluknya erat menepuk pundaknya yang terguncang.

“Ae-ya, rasanya sama, sama sesaknya seperti saat Heechul hyung dan Leeteuk hyung pergi..” gumamnya disela-sela isakan yang semakin parah.

Aku menepuk bahunya pelan menyalurkan kekuatan, sangat mengerti  apa yang dirasakan Kyuhyun saat ini. Seperti Yesung oppa yang berat meninggalkannya, namja ini walaupun tidak menunjukannya secara terang-terangan, pasti sangat berat ditinggalkan oleh hyung yang selalu bersama menyanyikan part-part penting.

“Kau hanya perlu berusaha lebih baik selama oppadeul pergi, lebih baik untuk semua hyungmu dan untuk ELF yang selalu mendukung kalian. Kau hanya perlu menunggunya denga sabar, sampai Yesung opa benar-benar kembali.” Ucapku lirih, Kyuhyun mengertakan pelukannya padaku denga air mata yang keluar semakin deras. Dan oppa deul yang lain, walaupun aku tidak bisa melihatnya pasti merasakan hal yang sama seperti apa yang dirasakan Kyuhyun.

Ya, kita hanya tinggal menunggu Yesung oppa dengan sabar, menjadi lebih baik, mendukungnya dengan ikhlas, dan mendo’akannya agar selalu sehat, sampai Yesung oppa benar-benar kembali di tengah-tengah kita, bernyanyi lagi dengan suaranya yang luar biasa, bertingkah konyol lagi diats panggung. Dan untuk menyaksikan semua itu, waktunya tidak akan lama lagi kan?

END

(Cover Winter In Tokyo) Winter To Spring

Tinggalkan komentar

Ini ga tau tulisan apa.. FF atau cerpen? Yang jelas tulisan ini dibuat karena saya bener-bener jatuh cinta sama semua Novelnya ka Ilana Tan. Semua castnya, karakternya, settingnya, semua milik ka Ilana Tan, saya Cuma nyumbang cerita

 

Tulisan ini bisa dibilang sequelnya Winter In Tokyo, atau lebih tepatnya ini coretan saya gara-gara terobsesi dengan novel ini, dan suka ngebayangin apa yang terjadi dengan Keiko dan Kazuto setelah novelnya berakhir.

 

Note : Ka Ilana Tan, saya minta izin cover novelnya #Mudah-mudahan beliau baca

Cover Novel Ilana Tan

 

Title                 :           Winter To Spring

Cast                 :           Semua Cast di Winter In Tokyo-nya Ilana Tan (Keiko & Kazuto)

 

 

Keiko mendengus kesal. Ia telah menajamkan telinganya dari satu jam yang lalu demi mendengarkan suara derap langkah, atau apalah yang menandakan bahwa laki-laki itu telah kembali ke apartemennya. Cekk.. dia tidak suka dibuat penasaran seperti ini, dan memberi ruang untuk otaknya memikirkan banyak hal yang jauh dari kenyataan, seperti tiba-tiba saja Jun lolos dari penjara dan menyerang laki-laki itu lagi.

Oh tidak, bahkan ia nyaris mati saat melihat laki-laki itu terbaring tak berdaya dengan perban dan luka lebam hampir disemua bagan tubuhnya.

Nishimura Kazuto. Laki-laki itu selalu saja membuat Keiko cemas. Hobinya berkeliaran malam-malam untuk mendapatkan objek foto yang menarik selalu membuat kepribadian Keiko yang cerewet muncul kepermukaan. Musim dingin memang hampir berakhir, tapi udara malam tetap saja tidak baik, dan sepertinya saat Kazuto berangkat pagi-pagi tadi, Keiko tidak melihat laki-laki itu memakai jaket.

Telepon jangan.. telepon jangan.. telepon???

Ishhh… Keiko memukul kepalanya. Gadis itu cemas sekali, sungguh. Tapi merasa gengsi untuk sekedar menelepon atau mengirim pesan menayanyakan keberadaan Kazuto. Kejadian beberapa hari yang  lalu, setelah Keiko tahu bahwa cinta pertamya bukan Kitono Akira tapi Nishimua Kazuto, serta pengakuan Kazuto bahwa ia sebenarnya mencintai Keiko jauh sebelum ingatannya menghilang, interaksinya dengan Kazuto berubah aneh, canggung atau malu?

Krekk… krekk..

Keiko tersentak, suara kunci diputar di apartemen Kazuto terdengar jelas, dan tentu saja laki-laki itu sudah pulang. Secepat kilat ia beranjak dari sofa nyaman dan menjeblakan pintu dengan keras. Terburu-buru.

Benar saja, Nishimura Kazuto ada didepan pintu apartemennya, menoleh pada Keiko dengan senyum cengengesan andalannya, tanpa jaket? Hei bahkan laki-laki itu hanya memakai kaos putih polos lengan panjang yang tidak terlalu tebal.

“Kau kemana saja? Apa kau tidak punya jam tangan eoh? Ini sudah malam Kazuto-san dan kau hanya memakai kaos tanpa jaket. Aku tahu musim dingin akan segara berakhir, tapi tetap saja udara malam tidak baik untuk kesehatan” serentetan omelan tapi terdengar malah seperti ibu-ibu yang mencemaskan anaknya membuat senyum Kazuto semakin lebar. Ia memandang gadis itu lekat. Satu-satunya gadis yang ingin dilindunginya dengan sepenuh jiwa, gadis yang akan membuatnya sakit jika sesuatu terjadi padanya, satu-satunya gadis yang bahkan dengan mudah dikenalinya walaupun otaknya kosong, gadis masa kecil dan masa depanya, sekarang ada dihadapanya dan dia bisa melihatnya, kenyataan seperti itu nyaris tak tertahankan.

“Ke..kenapa melihatku seperti itu..” ujar Keiko menangkup pipinya yang tiba-tiba terasa panas. Kazuto terkekeh lalu mendorong bahu gadis itu menuju apartemennya.

“Tingkat kecerewetanmu bertambah satu tingkat Keiko-chan.”

Keiko mendengus membiarkan Kazuto mendorongnya dan mendudukannya di sofa.

“Kau duduk saja yang manis disini, aku akan mandi dan mengganti baju.” Perintah Kazuto menepuk kepala Keiko lalu melenggang menuju kamar mandi.

Keiko mengamati aparteman Kazuto lalu tersenyum ringan. Aparteman Kazuto tidak sekosong dulu. Kemarin Keiko merombak habis-habisan aparteman laki-laki itu, menempel beberapa foto hasil jepretannya, menaruh rak kecil dan menyusun buku-buku tebal yang hampir semunya tentang fotografi, biografi fotografer terkenal, dan beberapa novel berbahasa Inggris yang semula tertumpuk tak beraturan.

Keiko berjalan menuju dapur berniat membuat teh madu hangat untuk Kazuto. Ia membuka kulkas mencari bahan makanan apa yang bisa dimasak untuk mereka berdua. Hey, lemari es Kazuto kosong melompong. Ckkk.. kapan laki-laki itu memperhatikan pola makannya?

“Apa yang kau cari Keiko-chan?”

Keiko menoleh “Apa dilemari es mu tidak ada yang bisa dimasak, Aku lapar sekali”

“Ambil di lemari es mu saja Keiko-chan”

Keiko mendelik, berniat memukul kepala Kazuto. Bukan apa-apa, tapi persediannya juga hampir habis karena seminggu ini Kazuto merampok makanannya.

“Ishhh… lalu untuk apa kau punya lemari es..”

“Bukankah kita seperti suami istri, kau yang belanja dan memasak dan kita makan bersama.”

“A..apa yang kau katakana…” Keiko menunduk menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah . Suami istri?

Kazuto tertawa semakin keras, ia menyukai cara gadis itu mengepresikan rasa malunya, menyukai warna merah yang semula sedikit lalu menyebar cepat memenuhi pipi putihnya. Demi apapun, Kazuto rela menukar apapun asal bisa melihat wajah gadis itu setiap saat, menikmati saat gadis itu merengek dan menunduk menyembunyikan pipinya yang seperti terbakar.

“Haha.. aku bercanda Keiko-chan, kau sensitif sekali.” Ucap Kazuto

“Kau menggoda ku lagi ya?!!” jerit Keiko yang ditanggapi Kazuto dengan mengangkat alis geli. “Isshhh.. kau menyebalkan sekali.” Lanjut Keiko mengerucutkan bibirnya sebal.

“Tidak, aku memang ingin menjadi suami mu, Keiko-chan.”

“A..apa.. oh, aku akan mengambil makanan” ucap Keiko gugup. Ia berbalik sambil merutuki kelakuan Kazuto yang menyebalkan. Well, semenyebalkan apapun tingkah laki-laki itu, keiko lebih memilih Kazuto ada dengan sifatnya seperti itu, dari pada Kazuto berada didekatnya namun tak mengingatnya sama sekali. Seperti dulu.

 

J J J

 

Senin pagi, musim dingin akan segera berakhir. Keiko mendesah pelan, terlalu banyak kejadian di musim dingin tahun ini yang membuat kepala keiko berdenyut antara prustasi dan senang. Kejadian tiga bulan ini sekilas terlihat singkat, tapi bagi  Keiko tiga bulan ini adalah waktu yang tidak mungin dilupakan. Bagaimana tidak, hanya dalam tiga bulan  banyak terjadi hal-hal yang menimbulkan beragam ekspresi,  mulai dari hal yang membutnya putus asa lalu kemudian bahagia tejadi begitu saja. Dan Keiko bersyukur, bersyukur bahwa kebahagian lah yang menjadi akhir dari musim dingin yang dilewatinya. Ia cukup senang walaupun ia menyadari bahwa kehidupannya belum berakhir, dan masa-masa yang berputar seperti roda ini akan terus berjalan, entah kejadian apa yang akan dihadapannya dimusim-musim mendatang, apakah ia akan tetap bahagia, atau mungkin bersedih itu tidak akan menjadi masalah. Asalkan laki-laki itu, laki-laki yang menjadi lawan perannya selama tiga bulan ini, laki-laki yang mengajarkannya banyak hal, termasuk bagaimana memandang kearah yang benar, akan terus berada disisinya. Dan kejadian seperti apapun Keiko yakin bisa menghadapinya.

 

J J J

Perpustakaan tempat Keiko bekerja sangat ramai, hari ini memang cerah, salju sudah tidak turun lagi dan kuncp-kuncup bunga ume mulai bermunculan.  Suasana seperti ini memang mendukung untuk berjalan-jalan santai atau sekedar membaca novel di  perpustakaan umum.

Keiko harus melayani beberapa turis asing yang berniat mengetahui sejarah  dan kebudayaan Jepang melalui litelatur, dan ini benar-benar membuat Keiko kerepotan mengingat hanya dialah yang lancar berbahasa inggris. Ckk.. seharusnya dari dulu ia mengusulkan pada atasannya untuk membiayayi les bahasa inggris beberapa pekerja.

Tadi pagi Kazuto  mengiriminya pesan untuk makan siang bersama diluar, Kazuto menawarkan ramen Tomyang yang baru buka diujung jalan Shibuya sekitar seminggu yang lalu. Tapi mengingat begitu banyak pengunjung asing, Keiko tidak yakin bisa keluar dari gedung sederhana ini semenitpun atau sekedar memakan sepotong roti. Ia mendengus kesal sebelum benar-benar mengirim pesan kepada Kazuto, mengomel seperti biasa tentang betapa inginnya ia makan siang bersama kekasihnya itu.

“Ichida-san, kau bisa menolongku.. aku benar-benar dibuat pusing oleh pengunjung asing itu.” Keiko terkekeh melihat ekspresi putus asa teman seprofesinya itu, Kaito Misa, gadis manis dengan rambut ikal sepunggung.

“Baiklah, kau bisa menjaga meja resepsionis sebentar kan?” ucap Keiko sebelum benar-benar berlalu untuk melayani 5 orang asing yang sepertinya berkewarga negaraan Prancis. Ah, ia teringat tentang tetangganya dulu, Tatsuya Fujisawa yang selalu mengajarinya bahasa Prancis, andaikan laki-laki itu masih hidup, mungkin Keiko sudah lancar berbahasa Prancis sekarang. Mengingat hal itu, Keiko jadi mengingat Tara Dupont, gadis yang dicintai Tatsuya yang ternyata adalah adik tirinya, Keiko tidak bisa membayangkan apa  yang dirasakan gadis prancis itu, tentu saja sangat menyakitkan mencintai orang yang tidak boleh dicintai, Keiko bersyukur, walaupun penuh rintangan kisah cintanya bersama Kazuto berakhir  bahagia. Ya, walaupun hidup masih terus berjalan, tapi keyakinan seperti itu harus tetap ditanamkan bukan?

 

J J J

 

Waktu makan siang  yang singkat. Keiko membongkar tas tangannya berharap menemukan sisa roti atau apalah yang bisa menganjal perutnya. Sebenarnya ia masih bisa mampir ke restoran sebelah untuk memesan makanan cepat saji, tapi Keiko terlalu malas untuk menggerakan kakinya mengingat hari ini akan sibuk sekali.

“Ichida-san, ada yang ingin menemui mu” teriak Kaito Misa dari kejauhan, gadis itu sedang memakan bento makan siangnya dibelakang meja resepsionis.

Hai, siapa Kaito-san?” jawab Keiko sedikit berteriak. Baru saja ia beranjak dari kursi istrirahatnya untuk melihat siapa orang yang mencarinya dijam makan siang seperti ini, Keiko terlonjak kaget saat laki-laki berambut coklat dengan camera menggantung dilehernya tersenyum kecil dengan jarak yang tidak jauh dari tempat duduknya.

“Kazuto-san..” desis Keiko. Ini bukan pertama kali Kazuto mengunjunginya di perpustakaan, malahan terlalu sering sampai-sampai bosnya mengenal Kazuto dengan baik. Hanya saja, bukankah tadi Kazuto bilang sedang berjalan-jalan disekitar Harazuku untuk mempersiapkan pameran keduanya yang semakin dekat, lalu untuk apa laki-laki itu menemuinya?

“Kenapa Keiko-chan, aku menggangu pekerjaanmu? Kurasa tidak, bukankah ini jam makan siang eum?”

Keiko mengerjap cepat “tidak, bukan begitu. Tapi, bukankah kau sedang mencari inspirasi untuk pameran keduamu?”

“Aku ingin makan siang bersamamu.” Jawab Kazuto mengangkat tangan kirinya yang dipenuhi dua bungkusan yang sepertinya berisi Ramen. Keiko mengenlinya dari bau yang sudah menguar dari tadi. “Dan lagi aku merindukanmu.” Tambah Kazuto membuat Keiko mendengus.

Kazuto meletakan bungkusan berisi ramen di kursi antara ia dan Keiko. Membuka bungkusannya dan menyerahkan satu pada Keiko.

“Wah, ini ramen yang kau ceritakan Kazuto-san?” seru Keiko dengan mata berbinar, selain penggemar udon, Keiko juga sangat menggemari ramen.

Hai, Doozo meshi agate kudasai, Keiko-chan” balas Kazuto tak kalah bersemangat. Laki-laki itu menyingkirkan Ninjin mentah dari mangkuknya dan menyerahkannya pada Keiko membuat gadis itu mendengus kesal.

Beberapa menit mereka habiskan hanya dengan menyeruput satu mangkuk ramen. Kazuto yang lebih dulu menghabiskan semangkuk ramen miliknya dan beralih mengambil sebotol teh madu dingin dari kantong kresek yang dia bawa lalu menyerahkan satu pada Keiko.

“Jam makan siangmu sudah habis Keiko-chan.” Seru Kazuto berniat menggoda Keiko yang masih sibuk menyapkan sumpitan ramen kedalam mulut kecilnya.

Keiko memekik, lalu melihat jam dipergelangan lengan kirinya. Benar, waktu jam makan siangnya memang sudah habis, secepat kilat Keiko memasukan sisa ramen kedalam mulutnya. Kazuto terkekeh, meraih kameranya lalu mengarahkan pada Keiko.

Ckreekk…

Keiko mengangkat wajahnya dan melotot kesal melihat lagi-lagi Kazuto mencuri fotonya diam-diam. Walaupun Keiko yakin betul dengan kahlian Kazuto mengatur gambar agar terlihat menarik, namun berada dalam lembar foto dalam keadaan pipi menggelembung dengan ramen yang belum sepenuhnya tertelan, tetap saja  memalukan.

“Keiko-chan..” gumam Kazuto mengabaikan pelototan marah gadis itu. Ada satu hal yang harus Kazuto katakana, dan Kazuto tidak punya waktu lagi untuk mengulur waktu.

“Keiko-chan… eum.. ada yang ingin aku bicarakan..” ucap Kazuto lamban.

“Eum..” gumam Keiko masih sibuk memasukan sisa ramen kemulutnya.

“Aku.. eum.. aku harus kembali ke New York minggu ini.”

Keiko menelan ramennya susah payah, terkejut. Kembali ke New York? Apa artinya Kazuto akan meninggalkannya, kembali menetap di New York dan tentu saja kembali pada Yuri? Walaupu menurut cerita Kazuto, Yuri akan kembali pada tunangannya. Tapi bisa sajakan? Yuri adalah orang yang di sukai Kazuto selama di New York, dan Yuri- walaupun sedikit terlambat, bukankah ia mengakui kalau sebenarnya ia menyukai Kazuto juga?

Kalau seperti itu kenyataannya, bagaimana dengan dirinya? Apa yang harus dilakukannya jika Kazuto benar-benar pergi, bukan dalam jangka waktu  pendek  tapi utuk menetap, kembali ke New York seperti dulu? Tiba-tiba napas Keiko tersengal, kenapa sulit sekali utuk sekedar meloloskan udara dari rongga dada?

Keiko tersadar ketika tangan Kazuto mengelus kepalanya pelan. “Kita bicara lagi nanti Keiko-chan.” Ucap Kazuto di balas dengan anggukan gamang oleh Keiko.

Keiko memandang Kazuto yang semakin menjauh, menghela napas lelah,  terlalu takut dengan semua kemungkinan buruk yang lalu lalang melintas diotaknya. Setengah hari kedepan, sebelum Kazuto menjelaskannya, gadis itu tidak tahu bagaimana cara menarik napas dengan normal.

 

J J J

 

Kaito berjalan lunglai menaiki tangga menuju apartemennya. Benar ia bahkan tidak focus untuk sekedar menulis judul buku yang dipinjam pengunjung, bahkan ia tidak ingat apakah ia sempat minum setelah memakan ramen tadi.

Lampu koridor apartemen menyala temaram, menandakan Kazuto memang ada diapartemannya. Tapi Keiko tidak berniat untuk menemui Kazuto sebelum Kazuto sendiri yang menemuinya.

Keiko baru saja memutar knop pintu apartemennya saat Haruka memburu masuk keapartemennya,  bahkan Keiko tidak menyadari kapan wanita berambut pirang pendek itu menaiki tangga.

“Onee-san, ada apa?” tanya Keiko dibalas dengan cengiran penuh makna oleh wanita berambut sepundak itu.

“Yakk.. nee-san ada apa!!!”

“Ashh,, jangan berteriak Keiko-chan, aku harus membantu mu berbenah bukan?”

“Berbenah?” Keiko memiringkan kepalanya bingung, sedangkan Haruka berdecak lalu menaik keiko masuk kekamarnya.

Keiko menatap bingung Haruka yang mengacak-acak lemarinya dan memasukan beberapa potong baju kedalam tas lumayan besar yang biasa Keiko pakai saat bepergian. Baru saja keiko membuka mulutnya untuk meminta penjelasan, Keiko dikejutkan lagi oleh suara pintu yang menjeblak terbuka.

“Keiko-chan, kau sudah siap?” teriak laki-laki bermantel coklat dengan cengiran khas yang sangat dikenalnya.

“Kazuto-san, ada apa? Apa yang terjadi?” berondong Keiko semakin bingung, bukankah Kazuto akan berangkat ke New York sekarang, lalu kenapa dia ada disini, diapartemennya, tersenyum padanya seperti tidak pernah ada yang terjadi?

Keiko masih menunggu penjelasan saat Kazuto berjalan kearahnya, tersenyum ringan, lalu mengacak rambut Keiko lembut.

“Kazuto-san, bukannya kau akan ke New York, sekarang?”

“ya..”

“Lalu?”

“Aishhh…jadi apa maksudmu muncul diapartemneku, dan bertanya hal aneh seperti itu.” Dengus Keiko.

“Aku akan ke New York dan kau akan ikut  Keiko-chan.”

 

JJJ

 

Keiko masih tidak percaya apa yang terjadi dengannya, kesadarannya sedang berada dititik rendah saat ini. Ia menatap tangan kanannya yang sejak tadi digenggam Kazuto. Merasakan tangannya yang semula dingin sedikit menghangat karena genggaman laki-laki itu. Ia tersenyum mengingat betapa pasnya tangan Kazuto menyelip diantara jari-jarinya. Tiba-tiba kesadaran lain melintas begtu saja dibenak Keiko, selama tangan ini masih berada dalam genggaman Kazuto, apapun yang akan terjadi, Keiko tidak akan keberatan untuk tetap tersenyum dan menjalani hidupnya dengan ringan.

J J J

Kazuto menatap Keiko sekilas. Tidak! abaikan kata sekilas karena kenyataannya ia bahkan tidak bisa mengalihkan matanya dari sosok yang membutnya merasa sanggup menghadapi apapun, memandang tangan kecil yang begitu pas dalam genggamannya.

“Keiko-chan.” Gumam Kazuto.

Keiko mengangkat wajahnya memandang Kazuto yang juga memandangnya. Sejenak Keiko tidakbisa merasakan apapun selain merasakan kehadiran Kazuto disampingnya. Bukankah selalu sepert itu, merasa  begitu beharga saat ujung matanya menatap mata Kazuto.

“Ada yang ingin kau tanyakan padaku?”

Keiko membuka mulutnya, tapi sejenak kemudian menutupnya lagi, menimbang-nimbang apa yang harus dikatakannya saat ini.

“Kazuto-san, menurut mu apa yang akan terjadi jika kita tidak pernah bertemu, jika kita tidak pernah bertemu saat kita kecil, jika ternyata cinta pertama ku bukan Kazuto-san. Bagaimana jika ingatanmu tidak kembali saat itu, bagaimana jika kita tak pernah bertetangga? Menurutmu apa yang akan terjadi?”

Kazuto terpaku untuk beberapa saat, memilih kata yang bisa mewakili perasaannya saat ini. Perasaan yang seperti ingin meledak, terlalu bahagia karena gadis didepannyalah yang akan terus berada disampingnya, satu-satunya gadis yang dibutuhkannya untuk menguatkannya, satu-satunya gadis yang ingin menjadi bagian dalam kehidupannya saat ini, nanti dan untuk waktu yang tak berujung.

“Kita akan tetap seperti ini, walaupun bukan dengan cerita yang kita alami sekarang. Kita akan tetap bertemu, dalam kisah yang berbeda mungkin, tapi yang jelas kita akan tetap seperti ini, aku akan menggenggam tanganmu, berada disisimu seperti ini. Keiko-chan, sungguh aku tidak bisa menjamin apapun untukmu, termasuk hal yang aku sebutkan tadi. Hanya saja, aku bisa menjamin selama tuhan memberi keluasan untukku menggenggam tanganmu seperti ini, aku tidak akan pernah melepaskannya lagi. Tidak akan pernah…”

Keiko mengerjapkan matanya takjub, pernyataan Kazuto merasuk dihatinya dalam. Seperti energy. Ya, ia tidak perlu takut bukan? tidak perlu takut tentang kenyataan buruk yang mungkin akan dialaminya nanti. Selama laki-laki itu masih ada disampingnya, menguatkannya seperti ini, menggenggam tangannya dengan hangat, kenyataan apapun yang berpotensi memisahkannya dengan Kazuto tidak akan berpengaruh sama sekali, karena Kazuto dan Keiko adalah dua warna yang selalu menyatu, kuning dan orange, menyatu, dan tertakdir.

J J J

“Eumm… ngomong-ngomong Kazuto-san. Untuk apa kita pergi ke New York?”

“Okasan ingin bertemu denganmu Keiko-chan, dan berhenti memanggilku dengan panggilan formal seperti itu!”

 

END

Fanfiction / KyuAe Momen’t -Jealous Eoh?-

Tinggalkan komentar

Title                 :           KyuAe Momen’t  ‘Jealous eoh?’

Author            :           RirinKyu

Genre              :           Romance

Rating             :           BO

Length            :           Drabble

Cast :  –            Cho Kyuhyun

Shin Ae Rin

 

Kyuhyun

 

 

Sumary : “Ae Rin mendapat kabar bahwa Lee Sungmin-sepupunya akan kembali kekorea dan tinggal di rumahnya, awalnya ia sangat senang karena rumahnya akan sedikit lebih ramai. Tapi berlahan, Ae Rin sedikit tidak menyukai Sungmin yang datag lagi ke kehidupannya, dan itu karena sesuatu… karena seseorang..”

 

Attention : Typo, cerita geje

 

Disclamer : Love Stranger seri ketiga, fuihh tarik napas… saya pusing menemukan momen yang pas dimana mereka saling mengetahui isi hati masing-masing, saya putuskan dan dengan bantuan Sungmin oppa seri inilah moment dimana mereka saling mengakui ketertarikan mereka.

Oh ya.. mian untuk seri dua yang kemarin karena banyak typo, seri kedua itu bukan FIN tapi TBC…

Oke, kalian pasti bingung dengan cerita di ff ini, (saya juga #PLAKKK)..

Awalnya ff ini saya buat dengan genre drabble, tapi karena saya sedang senang dengan dua couple ini akirnya saya buat berseri tapi masih dengan sub-sub judul yang bakalan jadi inti cerita..

Oke… happy reading, semoga gak bikin puyeng…

 

 

###########################################################################

Incheon, 09.50 KST

Ae Rin menghentakan kakinya kesal, ia sudah sangat pegal memegangi karton yang bertuliskan nama orang yang akan di jemputnya, Lee  Sungmin. Sepupunya yang menetap di Jepang itu akan kembali ke Korea dan akan tinggal dirumahnya. Mengingat itu Ae Rin tersenyum senang walaupun kakinya masih di hentak-hentakan kesal, pasalnya sepupu kesayangannya itu akan kembali ke Korea  dan itu berarti ia tidak akan merasa kesepian lagi mengingat appa dan eommanya sering menginap keluar kota untuk urusan perusahaan..

“Shi Ae Rin, bisakah kau berhenti menghentakan kakimu, itu sangat mengganggu.”

Eoh? Ae Rin memalingkan kepalanya kesebelah kiri dan menemukan seorang namja yang lebih tinngi darinya sedang menatapnya jengkel. Ae Rin tersenyum tanpa dosa lalu   memandang kembali lobi bandara berharap orang yang ditunggunya segera menampkan diri.

Sebenarnya Ae Rin masih sangat kesal dengan Kyuhyun karena acara gendong-gendongan di ruang olah raga itu. Ae Rin memang sangat berterimakasih atas bantuan namja itu, tapi efek setelahnyalah yang membuat Ae Rin ingin sekali menghapus nama Cho Kyuhyun dari sensus warga negara korea. sekarang ini, setiap Ae Rin berjalan dilobi sekolah maka tatapan aneh dari para siswa yeoja disekelilingnya menjadi pemandangan yang tidak asing. Yeoja-yeoja itu tentu saja fans cho Kyuhyun.

Dan tadi pagi, seakan tidak mengerti kekesalannya, In yoo mendadak tidak bisa mengantar Ae Rin menjemput Sungmin di bandara dan mendaulat Cho Kyuhyun sebagai penggantinya dengan alasan Kyuhyun dan Sungmin lumayan akrab sejak mereka kecil.

Hyunggg!!!” Ae Rin terlonjak kaget, suara disebelahnya benar-benar mengganggu.

Ia menatap horor namja yang entah melihat apa sampai-sampai meneriakinya dengan suara sekencang itu, tapi orang yang ditatap malah memandang kedepan dengan wajah berseri-seri dan mata yang berbinar-binar, eoh? Ada apa dengan namja itu?

Hyunggg…!!!” teriak Kyuhyun lagi lalu melambaikan tangannya, merasa heran Ae Rin mengikuti arah pandang Kyuhyun, terdiam sejenak untuk membiaskan retina mata dengan pemandangan didepannya.

Sedetik kemudian mata sipitnya membelalak lebar.

NI-CHANNNN!!!”

 

 

 

Kyuhyun mendengus kesal untuk kesekian kalinya dan tentu saja dengusan itu di akibatkan oleh yeoja aneh bernama Ae Rin, Kyuhyun tidak mengerti kenapa Ae Rin betah sekali menempeli sungmin dan tidak memberinya kesempatan untuk berbicara dengan hyung sekaligus teman bermain kesayangannya itu, padahal ia sangat yakin kalo sungmin ingin sekali berbicara dengannya terbukti dengan pandangan sungmin yang errr.. mempunyai makana yang lain saat menatap Kyuhyun. Sepertinya dua sahabat itu saling merindukan satu sama lain.

“Ubur-ubur bisakah kau memberiku waktu untuk berbicara dengan sungmin hyung, aku juga merindukannya.” Ucap Kyuhyun menyenggol lengan Ae Rin yang masih saja memeluk lengan Sungmin dan itu sudah dilakukanya sejak 20 menit yang lalu tepatnya saat ketiga orang itu keluar dari lobi bandara.

Ae Rin mendelik tajam dan hampir membuat Kyuhyun terjengkang. “Wae? aku lebih meridukan Nii-chan, akukan sepupunya, kau tidak boleh menggagu waktu berharga antara aku dan Nii-chan.” Lagi, Kyuhyun mendengus kesal sedangkan Sungmin tertawa ringan mendengar jawaban sepupunya, lima tahun tinggal di Jepang dan meninggalkan Korea ternyata sepupunya itu masih saja sama, gadis yang.. walaupun memiliki otak yang cerdas dan hampir mahir di semua bidag pelajaran, tetap saja  cerewet dan sedikit maja, polos, ceroboh dan senang bertindak sesukanya, ternyata waktu tidak dapat merubah semua sifat-sifatnya walaupun secara fisik gadis itu berubah sangat signifikan, gadis yang dulu senang mengikat rambutnya dengan model kuno berkepang dua telah berubah menjadi gadis dengan rambut panjang ikal yang di urai indah, sepupunya itu semakin menarik dan terlihat sangat canntik.

 

Aigoo Ae-chan kau tidak boleh berbicara seperti itu, bagaimanapun kyuhyun juga teman Nii-chan.” Gumam Sungmin di sela-sela tertawanya, dan gumamannya itu berhasil membuat Ae Rin merenggut dan melepaskan pelukannya ditanggan Sungmin, namja itu mengacak rambut Ae Rin pelan lalu beralih berjalan di sisi Kyuhyun.

 

 

Ae Rin berguling-guling di ranjang kingsizenya yang seperti kapal pecah, buku-buku berserakan tak beraturan, sebuah netbook 10 inci terbuka setengah dengan batreinya yang mendekati sekarat. Satu jam yang lalu, gadis itu masih dalam mood yang cukup baik untuk mengerjakan lembaran paper yang harus dikumpulkan besok pagi. Tapi saat dengan iseng ia melongok kebalkon kamar Kyuhyun dan menemukan bayangan Sungmin yang juga ada didalamnya mood Ae Rin merosot drastis, ia tidak suka Nii-channya itu terlalu dekat dengan Kyuhyun, ia mencemaskan penularan sifat yag nantinya akan ditularkan kepada sepupunya yang manis itu, ia lebih suka kalau Sungmin mengahabiskan waktu dengan teman-teman wanitanya bukan dengan Kyuhyun, bukan dengan namja yang beberapa hari ini sering mengahbiskan waktu dengannya walaupun dalam keadaan yang sama sekali tak terencana. Dan Ae Rin mulai menyukainya, menyukai saat dimana untuk yang ketiga kalinya Kyuhyun berbicara panjang lebar setelah beberapa tahun yang lalu tidak berbicara padanya, menyukai saat Kyuhyun memanggilya ubur-ubur walaupun Ae Rin tidak menemukan alasan yang masuk akal kenapa namja itu memanggilnya dengan nama buruan spongebob itu, menyukai saat Kyuhyun melemparinya handuk, memberinya minum walaupun dengan cara yang tidak elit, dan mengendongnya walaupun dengan mulut yang tak berhenti berkicau. Aigoo, kenapa ia terlalu jelas menjabarkan hal-hal yang dilakukan namja itu akhir-akhir ini dan secara tidak langsung mengakui bahwa ia menyukai semuanya.

 

“Nii-chan kenapa kau ada di kamar Kyuhyun-ssi, kenapa tidak menemani sepupumu yang manis ini, aku bosan Nii-chan!! Cepat kembali kerumah atau aku tidak akan memberimu makan!” Setelah mengirimkan pesan tidak bermolar yang sangat tidak pantas di ucapkan kepada orang yang umurnya lebih tua, Ae Rin melemparkan lagi poselnya keatas bantal dan nyaris menimpa remot TV yang diletakan sembarangan, Ae Rin merutuk lagi, mengomeli Sungmin yang tidak juga membalas pesan. Yeahh bahkan jarak waktu dari saat dia melempar hpnya tadi tidak kurang dari 5 detik, dan orang hebat sekalipun tidak mungkin  bisa memencet tombol hp dalam waktu secepat itu, dan Ae Rin tidak mentolelir alasan apapun sekarang.

 

 

Selama dua hari ini Sungmin lebih senang menghabiskan waktu dikamar Kyuhyun dan mengacak-ngacak partitur lagu yang di buat Kyuhyun selama beberapa waktu yang lalu, kegiatan itu dimulai Sungmin saat ia melihat kertas berceceran di meja kyuhyun yang ternyata berisi not-not lagu yang berjudul ‘My Love My Friend’. Sebenarnya alasanya kembali ke Korea bukan hanya didasari keinginan untuk melanjutkan sekolah bisnis di Negara kelahirannya, alasan itu sebenarnya hanya alasan yang ia buat-buat untuk mengelabui appanya agar diizinkan kembali kekorea. Alasan sebenarnya adalah untuk menemukan kembali sahabatnya yang kabur tiba-tiba saat ia berniat menerima pernyatan cinta seorang yeoja Jepang, dan setelah kejadian itu Sungmin menyadari kalau selama ini ia membutuhkan Yeoja itu dan tidak bisa hidup normal tanpa yeoja itu disampingnya, dalam kata lain Sungmin sudah sangat ketergantungan pada yeoja itu, perasaan seperti itu apa lagi kalau bukan cinta. Masalah bagaiman perasaan yeoja itu padanya, Sungmin yakin seratus persen kalau dia juga menyukainya, alasan apa lagi yang bisa di jelaskan saat seseorang tiba-tiba kabur hanya karena sahabatnya akan berpacaran kalau tidak mempunyai perasaan khusus dan merasa tersakiti?

“Maksudmu hyung, yeoja itu meninggalkanmu tanpa kabar sedikitpun, eoh?” Tanya Kyuhyun, Sungmin baru saja selesai menjelaskan kepulangannya ke Korea yang di tanggapi Kyuhyun dengan sangat antusias, sebelumnya ia belum pernah menerima seseorang untuk bercerita bebas padanya kecuali persoalan OSIS atau Club Matematikanya.

Nde, ini semua salahku Kyu-i, aku tidak peka dengan perasaanku padanya, lalu apa yang harus aku lakukan?”

“Kau tahu alamatnya di Korea hyung?” Kyuhyun semakin antusias, ia tidak menyadari sebelumnya kalau bercerita hal-hal pribadi itu cukup menyenangkan.

Sungmin masih terpekur, mengingat kalau-kalau yeoja itu pernah menyebutkan sebuah alamat secara tidak sengaja, tapi yang di ingatnya hanya kepingan memori saat terakhir kali yeoja itu menampakan dirinya di depannya.

Coz Loving you oooo…

Sungmin tergagap, ia sedang asik membayangkan momen-momen indahya di jepang, saat i-phonnya berbunyi nyaring, sejenak Sungmin tertegun mendengar bunyi ringtonenya ‘Loving You’ lagu favorit gadis itu, dan ia masih memakainya sebagai ringtone eoh?

 

“Nii-chan kenapa kau ada di kamar Kyuhyun-ssi, kenapa tidak menemani sepupumu yang manis ini, aku bosan Nii-chan!! Cepat kembali kerumah atau aku tidak akan memberimu makan!”

 

Sungmin mendengus lalu tersenyum tiga jari, terkadang ia merasa sangat gemas dengan tingkah yeoja itu yang selalu bertingkah kekanakan di depannya, tapi saat melihat tingkah menyebalkan seperti ini Sungmin ingin sekali membuang sepupu kesayangannya itu kealaska.

Nugu Hyung?” Kyuhyun melongokan kepalanya melihat Sungmin yang tiba-tiba tersenyum sendiri.

“Apa dia selalu bertingkah menyebalkan seperti itu Kyu-i?”

eoh nugu?

“Ae rin, apa dia selalu menyebalkan?”

Kyuhyun membulatkan matanya lalu merubah posisi duduknya menjadi bersila dengan khidmat, kyuhyun mengangkat tangannya sampai kedada lalu melipatnya, Sungmin menatap heran dengan apa yang dilakukan Kyuhyun, kenapa dia mendadak bersemangat seperti itu.

 

Hyung.. kau ingin tahu seberapa menyebalkannya dia. Dia itu yeoja sok pintar yang merebut perhatian banyak guru namja, pemain basket yang di puja yeoja dan namja. Dia itu menyebalkan karena sering membuatku cemas.. dia itu..” Kyuhyun tergagap menyadari kalau dia sudah berbicara cukup banyak dan err.. sedikit memalukan, sedangkan Sungmin terkikik geli melihat wajah Kyuhyun yang mulai memerah.

 

 

Ae Rin menatap dua namja yang sedang berjalan kearahnya dengan pandangan menilai, sejak pagi-pagi buta, Sungmin sudah menghilang kerumah Kyuhyun dan berhasil membuat Ae Rin uring-uringan, pasalnya eoma dan appanya belum pulang dari jeju dan dia benci sarapan sendiri, dan saat ia berharap banyak dengan bisa sarapan  bersama dengan sepupunya yang sudah lama sekali tidak ditemuinya, orang yang ditanggunginya harapan malah bersenang-senang dengan orang lain.

 

“Ae-chan kajja kita berangkat!” teriak Sungmin, yeah sejak Appa Ae Rin bertugas ke jeju tugas mengantar jemput Ae Rin kesekolah adalah tanggungannya dan entah apa penyebabnya Kyuhyun ikut-ikutan berangkat bersama mereka.

Ae Rin berjalan menghampiri dua namja itu yang sudah berdiri di depan mobil, Kyuhyun tertawa lebar dengan tangan yang memainkan rambut hitam sungmin, Ae Rin mengeleng-gelengkan kepalanya berusaha menghilangkan pemikiran konyol seperti kedua namja itu memiliki hubungan special yang tidak di ketahui Ae Rin, bukankah Jepang sudah tidak asing lagi dengan hubungan seperti itu.. ckk.. Ae Rin memukul kepalanya dengan tangan, terkadang ia menyesali sifat suka berhayalnya yang sedikit over dosis, tapi saat Kyuhyun dan sungmin tertawa semakin lebar semua asumsinya berubah menjadi amarah, ia masih bersabar menahan amarahnya saat Sungmin lebih sering berada bersama Kyuhyun dari pada menemaninya, lebih sibuk bemain gitar dengan Kyuhyun dari pada membantu tugas sekolahnya, ia masih bisa menahan amarahnya saat Kyuhyun tidak lagi berbicara panjang-panjang padanya, tidak meneriakinya lagi saat ia berisik tengah malam, ia tidak suka melihat Kyuhyun terlalu dekat dengan siapapun karena sebelumnya Kyuhyun tidak pernah dekat dengan yeoja atau namja manapun, dan dia lebih marah pada dirinya sendiri kaarena dia merasa tidak suka dan marah tanpa alasan pada dua namja itu.

 

Kyuhyun menoleh mendengar dengusan Ae Rin, lalu melambaikan tangannya ringan “Kajja Ae-ya.. “ ujar Kyuhyun lalu menarik tangan Sungmin untuk lebih dahulu memasuki mobil, sedangkan Ae Rin semakin bernafsu membunuh kedua namja itu melihat kelakuan mereka yang sangat menyebalkan.

 

“Ae-chan, ada apa? Kenapa terlihat kesal seperti itu” Tanya Sungmin yang sudah bersiap dibelakang kemudi, Ae Rin memandang dua orang yang duduk di depannya kesal, bertanya kenapa dia kesal eoh?

“Ah.. Kyuhyun-i kau masih tidak bisa mengikat dasimu ya?” Sungmin membenarkan dasi Kyuhyun seperti sepasang kekasih yang sangat romantic, dan kejadian kecil yang terlihat romantic dan manis di mata Ae Rin itu sukses membuat emosinya yang sudah menggelegak bertambah memanas.

“Yakkk… Kalian menyebalkan!!! Nii-chan, kenapa kau sangat menyebalkan, kenapa kau lebih sering bersama Kyuhyun dari pada menemaniku, dan Kyuhyun-ssi kenapa kau senang sekali bersama Nii-chan ku, kenapa kau berbicara lebih panjang kepada Nii-chan dari pada padaku, kenapa Kyuhyun-ssi tidak pernah berteriak-teriak lagi kalau aku mengganggumu tengah malam!! ishhh Kalian berdua memang sangat menyebalkan!!!” teriak Ae Rin dengan muka memerah marah.

Kyuhyun dan Sungmin melongo mendengar teriakan penuh amarah dari yeoja di belakangnya, berbicara sepanjang itu tanpa bernapas dengan suara yang memekakan, keanehan gadis itu memang tidak perlu diragukan lagi. Sedetik kemudian Kyuhyun tersenyum evil melihat gadis itu masih mengatur napasnya dengan wajah yang masih menyeramkan, sedangkan Sungmin mengedipkan matanya kearah Kyuhyun lalu ikut tersenyum.

“Yakkk… kenapa kalian malah tersenyum.. Aishhh!!!”

Ae Rin mentup pintu mobil kasar lalu berjalan cepat denagn penuh emosi, ia tidak perduli dengan terlambat kesekolah, menerima hukuman ataupun ujian biologi yang akan diadakan di jam pertama, sekarang dia sedang kesal dengan dua namja itu dan Ae Rin benar-benar malas harus satu mobil dengan mereka.

“Yakkk.. ubur-ubur mau kemana kau>.?” Ae Rin menoleh dan mendapati namja yang di bencinya sampai keurat sarap sedang memandangnya dengan senyum aneh.

“Kenapa Kyuhyun-ssi mengikutiku? bukannya Kyuhyun-ssi ingin bersama Nii-chan, pergi saja sana!!” teriak Ae Rin penuh emosi.

Ae Rin berbalik lagi dan berjalan semakin cepat nyaris berlari, ia masih menggerutu menahan kemarahannya yang belum juga terlampiaskan. Ia tersentak kaget saat tangannya ditarik paksa oleh tangan yang lebih besar darinya. Kyuhyun menarik tangan Ae Rin dan memaksa gadis itu menghadap kearahnya.

“Yah, kenapa kau marah-marah seperti itu. Kau cemburu eoh?” Tanya Kyuhyun menatap Yeoja yang saat ini sedang membelalakna matanya lebar mendengar pertanyaan Kyuhyun.

Ae Rin meronta memaksa melepaskan tangannya dari cengkraman tangan besar Kyuhyun, tapi Kyuhyun semakin mengeratkan cengkramannya membuat Ae Rin sedikit meringis.

“Kyuyun-ssi lepaskan ak….”

Ae Rin tersentak saat tubuhnya mendadak membentur dada Kyuhyun dan tangan Kyuhyun yang mengunci pinggangnya.

“Seharusnya kau mengatakan padaku kalau kau cemburu.” Bisik Kyuhyun.

“A..aku tidak cemburu.”

“Kau cemburu!!karena aku juga akan merasakan hal yang sama jika kau berdekatan dengan orang lain tidak perduli itu namja atau yeoja, aku tidak suka kau berbuat hal yang lebih banyak bersama orang lain, tidak suka kau lebih mempesona di hadapan orang lain, Ae Rin harus berlaku seperti itu jika dihadapanku saja.”

Ae Rin membeku, kata-kata yang di ucapkan namja itu seperti mengandung satu arti, bahwa Kyuhyun menyukainya dan kesadaran seperti itu membuat dadanya berdegup lebih kencang dan wajahnya memanas.

“Ke..kenapa begitu.”

“Aku tidak tahu..”

Ae rin melepaskan dirinya dari namja itu tanpa menjauhkan tubuhnya, mata coklatnya menatap dalam mata namja di depannya, saling menatap selama beberapa saat sampai Kyuhyun mengangkat tangannya dan menjitak kening Ae Rin membuat yeoja itu memekik kecil.

“Cekk.. lagi pula otakmu dimana sampai kau cemburu melihatku bersama Sungmin Hyung? Kau kira aku namja apa sampai harus kau cemburui gara-gara dekat dengan sesama namja?”

Ae rin mendengus lalu dilanjutkan dengan omelan-omelan kecil yang membuat senyum kyuhyun semakin lebar.

“Kau tenang saja, sepertinya ubur-ubur lebih menarik dari pada yeoja dan namja manapun…”

 

TBC~~

 

Aigooo..saya tahu ini aneh, dan kalian boleh menghujat saya sepuasnya…

 

 

Next..

 

“Kau tidak mendengarkan ku eoh?”

“Mwo?!”

“Sudah kubilang berhenti bertingkah ceroboh. Lihat, apa yang terjadi dengan lututmu hah…!!”

Fanfiction / KyuAe Note’s -Lifelong Neighbor Eoh?-

Tinggalkan komentar

Title                 : Love stranger (KyuAe Note’s)-lifelong neighbor eoh?

Author             : Rin  “Ririn R Nurjanah”

Genre              : Romance  (maybe?), sweet(?)

Lenght             : 2 of ?

Rating              : Pg-15

Cast                 : Cho Kyuhyun, Shin Ae Rin

 

kyuhyun

 

 

 

Malam terlarut kesekian yang dihabiskan Ae Rin hanya dengan  menatap langit-langit kamarnya. Dua bulan terakhir, tepatnya setelah Ae Rin menghabiskan banyak waktu sebagai murid Senior High school di  Hannyoung,  jam tidurnya sedikit terbengkalai.

Biasanya Ae Rin akan cepat tertidur setelah mendengarkan suara Kim Jong Won -penyanyi idola Ae Rin yang baru di kaguminya sekitar satu tahun yang lalu-. Ia tak tahu betul apa itu istilah  kebiasaan, tapi sepertinya epek tumpukan tugas, begadang menonton drama dan berchat ria dua bulan terakhir ini berpengaruh kemalam-malam selanjutnya, bahkan kebiasaannya itu tidak bisa mentolelir malam penting seperti ini.

Besok adalah hari pertama turnamen olah raga sekolah, dan Ae Rin adalah salah satu anggota Eskul basket yang didelegasikan untuk ikut bertanding dilapangan. Pengalaman pertama untuk gadis itu, mengingat saat SMP dulu ia hanya dijadikan pemain cadangan.

“Aisss.. Jinja..” Merutuk kesal, Ae Rin meloncat dari kasurnya dan meloncat-loncat di lantai berharap kelelahan dan berakhir dengan tertidur.

“Tidur..tidur..tidur!!!!” teriak Ae Rin membahana, masih dengan meloncat-loncat yang kali ini dilakukannya di pintu balkon.

“YAKKK.. NEO! Berhenti berteriak bodoh!”

Ae Rin terjungkal, suara mengerikan itu berhasil membuatnya kehilangan pokus. Dengan susah payah menahan punggungnya yang mendadak keseleo Ae Rin bangkit berniat mencari orang tak bermolar yang menyuruh orang berhenti berteriak dengan cara berteriak. Bukankah itu seperti menjilat ludah sendiri?

“Kelur kau!!” teriakan itu bergema lagi. Melarang berteriak eoh?

Dengan kesal Ae Rin membuka pintu balkonnya bersiap menyemburkan beribu nasehat untuk orang tak bermoral yang menyuruhnya berhenti berteriak dengan cara berteriak juga. Setidaknya ia perlu menjelaskan bagaimana cara mengingatkan yang pantas dengan tidak melakukan apa yang diperingatkannya.

Ae Rin melihat seorang namja dengan baju tidur warna biru yang sedang berkacak pinggang di teras balkonnya. Jarak kedua balkon yang sangat dekat membuat Ae Rin dapat melihat jelas wajah mengerikan namja itu. Cho Kyuhyun, tetangga seumur hidupnya.

Wae sunbaenim?” Tanyanya dengan wajah polos yang sedikit berlebihan.

Kyuhyun membulatkan matanya mendengar pernyataan seperti tak bersalah dari mulut yeoja di depannya, dia tahu betul kebodohan tetangganya itu, tapi tidak menyangka bahwa kebodohanya separah ini.

“Wae katamu? Yaa berhentilah berteriak bodoh, kau mengganggu tidur lelapku, mengganggu tidur lelap nonna ku, appa ku juga eomaku. Dan apa itu sunbaenim? Kau kira ini disekolah.”

Aerin mengeryit bingung, sejauh yang bisa diingatnya ini adalah kali pertama Kyuhyun berbicara sepanjang itu, bukankah dari kecil kata-kata yang selalu di keluarkan kyuhyun hanyalah ‘kau masuk saja’, ‘eoma di dalam’ dan ‘Bisakah kau tidak membiarkan kucingmu masuk kehalamanku?’ Cham.. bukankah saat orientasi sekolah dua bulan yang lalu Kyuhyun berbicara lebih panjang dari ini? Oke, berarti ini yang kedua kalinya dan Ae Rin tetap saja belum terbiasa.

“Ah ne, mianhae sunbaenim. Tapi, bukankah sunbaenim juga berteriak tadi.”

“Aku sedang memperingatkanmu bodoh!.”

“Tapi sunbaemim bisa melarangku dengan tidak berteriak.”

“Lalu aku harus melakukan apa? Berbisik untuk memperingatkan orang yang berteriak kesetanan seperti mu hah?”

“Aiss.. aku berteriak biasa saja sunbaenim. Dan kau biasanya juga tak perduli aku melakukan apapun, kenapa mendadak perduli seperti itu.” Ae rin habis kesabaran, ia menanggalkan niatnya untuk menasehati orang tak bermoral yang melarang orang berteriak dengan berteriak juga.

“Karena kesabaranku habis pabo-ya, kau pikir manusia mana yang tahan mendengar teriakan aneh setiap malam.” Balas Kyuhyun tak kalah sengit.

“Baiklah, baiklah.. aku mengerti sunbaenim dan aku minta maaf. Jadi, bisakah aku kembali kedalam karena aku harus berusaha tertidur untuk persiapan besok. Dan kau segeralah tidur, bukankah teriakanku mengganggu tidur keluargamu? Aku tidak akan berteriak lagi.” Setelah berbicara tanpa jeda  Ae Rin menghentakan sebelah kakinya disusul dengan suara pintu dibanting keras.

Sedangkan Kyuhyun mematung syok, apa lagi keanehan yang akan ditunjukan tetangganya itu? berbicara sepanjang itu dalam satu tarikan napas eh? Apa gadis itu gila.

 

*******

 

Ae Rin kembali kekamarnya masih dengan mengomel, cekk tetangganya itu kenapa mendadak menyebalkan. Well, sebenarnya namja itu menyebalkan dari dulu, hanya saja tingkahnya kali ini benar-benar membuat Ae Rin ingin melemparkan meja belajarnya kekamar namja jangkung itu.

Sebenarnya Ae Rin masih syok, selama mereka bertetangga, tadi adalah kali pertama Kyuhyun menggunakan pasilitas balkon untuk berbicara padanya. Yeahh, walaupun tadi itu tidak bisa dikategorikan pada tahap bicara, toh yang dilakukan namja jangkung itu adalah meneriakinya, tapi tetap saja itu adalah kejadian yang patut di catat dalam sejarah hidupnya bersama seorang cho kyuhyun.

Jika dipikirkan, banyak sekali hal aneh yang terjadi anatara dia dan Cho Kyuhyun, saat usianya lima tahun, mereka adalah dua bocah yang tidak bisa dipisahkan, basket adalah salah satu permainan yang mengikat mereka. Tentu saja game tidak termasuk, toh Ae Rin tidak terlalu suka bermain di layar komputer, PSP atau HP hanya untuk melihat kerakter abstrak yang membuatnya sakit kepala.

Hanya saja status mereka sebagai patner pemain basket handal harus pupus saat mereka lulus SD. Cho Kyuhyun itu, entah kenapa menjadi sangat berbeda. Kyuhyun yang biasanya akan berteriak lantang di halaman rumahnya haya untuk mengajak AeRin bermain basket tidak pernah melakuan hal itu lagi, namja itu jadi lebih senang mengabiskan waktunya di rumah dari pada bermain di taman dengan teman-teman sebayanya dan sejak itulah hubungan patner antara keduanya pupus karena cho kyuyun sama sekali tidak mau menyuntuh bola berwarna orenye itu lagi.

Ae Rin mendesah berat, terlalu kaget dengan kenyataan bahwa memikirkan namja itu berhasil membuat otot-otot lehernya menegang, kelelahan eoh? Padahal dia sama sekali tidak melompat-lompat seperti tadi. Seperkian detik gadis itu menoleh menatap jam weker di sampinya dan itu berhasil membuatya menjerit histris.

OMONA!!! Jam 2 pagi” Ae Rin mengutuki diriya karena berhasil menyia-nyiakan waktu ‘berusaha tidurnya’ selama satu jam hanya untuk memikirkan momen-momen masa kecilnya bersama cho Kyuyun, seperti melempar batu pada bulatan yang menggantung dipohon yang ternyata berisi ribuan lebah atau seperi saat dia bertaruh bermain baket dengan iming-iming memberikan uang jajan bagi siapa saja yang kalah.

“Arrgghh Cho Kyuhyu sialan!!” Jerit gadis itu tertahan, ia tidak mau mengambil resiko teriakannya didengar oleh namja berkulit es itu, atau dia tidak akan tidur semalaman kerena berdebat lagi mengenai tata krama mengingatkan orang lain dan itu tidak akan selesai sampai ayam tetangga menggonggong.

 

**************

 

Ae Rin sedang berpikir tentang rencananya membuat alat penahan kelompak mata. Pasalnya selama ia bangun tidur dan sekarang berada di mobil appanya, kelopak matanya seperti digelantungi ribuan tarsan. Ia bahkan harus menerima omelan eomanya yang seperti dengungan lebah kerena ia memakan rotinya denagn mata terpejam dan nyaris menjatuhkan susunya.

Ia berencana tertidur selama perjalanan menuju sekolah. Tapi baru saja kesadarannya menghilang sempurna teriakan apanya yang ternyata tidak kalah dengan teriakan eomanya menyentakan kembali kesadarannya,

“Kyuhyun-i, sedang apa kau disana?!’ teriak Go in Yeoul ayahya, Ae Rin memicingkan matanya sangsi. Mendadak rasa kantunknya menghilang seketika, appanya itu untuk apa memanggil orang yang telah membuatnya nelangsa seperti ini, sulit membuka mata.

“Ah ajjussi, aku sedang berpikir bagaimana cara berangkat sekolah karena motorku mendadak menolak dinyalakan dan appa tidak bisa mengantarku” jelas Kyuhyun, diam-diam Ae Rin tersenyum sinis ‘rasakan itulah balasan karena kau membuat mataku sulit dibuka’ pikir Ae Rin.

“Kalau begitu ayo naik kemobil ku, kupikir kau butuh tumpangan Kyuhyun-i

Oh tidak??

Kenapa appanya bisa sebaik hati itu padahal selama ini appanyalah yang mewarisi sipat ‘tidak mau susah’ Ae Rin.

Nde?”

Nde Kyuhyun-i, masuklah!” pungkas Go In Yeoul sebelum masuk dibelakang kemudi diikuti Kyuhyun yang masuk ke kursi belakang.

Aigo, ayahnya telah menyelamat kan orang yang membuatnya menderita, bagus sekali.

 

*******************************

 

Kyuhyun memang pura-pura tidak memperdulikan Ae Rin yang sejak tadi memejamkan mata tanpa bersuara. Ia benar-benar yakin kalau gadis berambut ikal sepunggug itu benar-benar aneh merangkap ajaib, apa ia selalu tertidur saat apanya susah payah mengendalikan kemudi.

Mendesah kesal, Kyuhyun memutuskan untuk menanggapi pembicaraan In Yeoul yang sejak tadi membicarakan Lee Young Dae  walaupun Kyuhyun kadang tidak menanggapinya.

 

Sedangkan Ae Rin walaupun kedua matanya terpejam tapi kedua telinganya masih aktif mendengarkan apa yang dibicarakan dua laki-laki beda generasi di dekatnya itu.

“Paman, kenapa paman menyukai dae dae itu?” tanya Kyuhyun yang mendadak membuat Ae Rin  ingin berteriak kerena Kyuhyun memanggil idolanya dengan nama aneh mirip binatang peliharaan itu.

“Dia itu pemuda yang berhasil mengharumkan nama negara Kyuhyun-i, dan permainannya sangat keren”

“Tapi paman, walaupun permainannya sangat keren, dia itu selalu bertingkah so cool dan itu terkadang menyebalkan.” Ucap Kyuhyun di iringi kekehan In Yeoul.

AeRin menggeram disisa-sisa kesadarannya mendengar pembicaraan kedua namja itu, mendadak ia ingin berterak ditelinga Kyuhyun kalau Young Dae, idolanya itu bukan sok cool tapi memang benar-benar cool. Namun lagi-lagi keinginannya itu tak di realisasikan karena matanya benar-benar berat sekarang. Aigo, bahkan dia tidak sadar kalau sekolahnya sudah sangat dekat.

 

*************

 

In Yeoul mendesah kesal, sudah sejak lima menit yang lalu ia bersaha untuk membangunkan Ae Rin yang masih setia dengan matanya yang terpejam. Sedangkan keadaan Kyuyun tidak berbeda jauh dengan wajah mengerikan In Yeoul, dari beberapa menit yang lalu mata nya tidak berhenti memandang jam tangannya karena jam masuk akan berbunyi sekitar lima menit lagi. Sebenarnya Kyuhyun bisa saja berlari melewati gerbang jika rasa tak tahu terima kasihnya muncul saat itu, tapi berhubung Kyuhyun merasa sangat tertolong dengan tumpangan yang di berikan In Yeoul dengan berat hati ia mengorbankan rasa was-wasnya dengan resiko terlambat dimata pelajaran pertama dengan setia menemani pria paruh baya itu yang sedang berusaha membangunkan anak gadisnya.

“Yakkk.. Ae Rin!!! Kau mau bangun tidak! Atau aku akan membiarkanmu tergeletak di depan gerbang” Teriakan In Yeoul hanya berhasil membuat Ae Rin bergerak gelisah lalu diam lagi.

Oh! In yeoul benar-benar frustasi. Akhirnya ia melirik Kyuhyun yang masih setia memelototi jarum jam yang bergerak cepat di jam tangannya. Merasa di pandangi Kyuhyun menegakan kepalanya.

Wa..waeyo paman?” tanya Kyuhyun sedikit gugup, pandangan laki-laki paruh baya itu sedikit mengerikan seperti pandangan licik yang menyimpan niat jahat.

“Ae-i, bangun atau kau ingin Kyuhyun menciummu hah?” seru In Yeoul didekat kepala Ae Rin tapi dengan mata yang masih menatap tajam kearah Kyuhyun.

Seperkian detik Kyuhyun tidak bisa mengatupkan mulutnya. Ige mwoya?

Tidak mendapat reaksi yang menyenangkan dari Ae Rin yang masih tak bergerak, in Yeoul menegakkan tubuhnya lalu memandang Kyuhyun lebih intens.

“Kyu-i, lakukanlah?”

MWO?” Kyuhyun memblatkan matanya syok, apakah ajjussi di depannya itu tidak waras dengan membiarkan seorang namja mencium anak gadisnya.

“Kau harus membangunkannya sekarang Kyu-i, atau kalian berdua akan terlambat”

Gila, Kyuhyun benar-benar ingin kabur dari jebakan aneh ini, mencium anak orang, hell? apakah ajjussi ini tidak tahu kalo bibir Kyuhyun masih perawan, dan sekarang dia harus memberikan ciuman pertamanya pada gadis yang selalu  mengganggu tidurnya selama dua bulan ini.

Shiroo.. paman.. aku tidak mau.”

Aigo Kyu-i, kau anak yang tahu terimaksihkan?”

Belum sempat Kyuhyun berargumen lagi In Young sudah menarik tagan Kyuhyun dan mendekatkan tubuhnya kearah Ae Rin.

Kyuhyun tertegun lalu mengusap tengkuknya gugup. Ia sebenarnya ingin kabur tapi mengingat jam masuk yang tinggal beberapa menit lagi dan sesuatu yang lain membutnya malah mendekatkan wajahnya.

“Arggghh Aniyo ajju-ssi, Shiro.” Seru Kyuhyun menegakan kembali tubuhnya.

“Aishh Kyuhyun-i, kau hanya perlu mendekatkan wajahmu dan menghembuskan napasmu, aku tidak benar-benar menyuruhmu mencium anakku sendiri”

Kyuhyun mendesah lagi,lalu mendekatkan kembali wajahya kewajah Ae Rin. Mendadak, Kyuhyun merasakan wajahnya memanas dan dadanya yang seperti di hentakan sesuatu, terlebih lagi matanya yang mendadak terpaku di bibir mungil AeRin.

Kyuhyun tak tahu betul apa yang disebut keterpesonaan, yang ia ingat adalah tubuhnya yang sudah tergolek lemah di atas tanah dan di depannya berkacak pinggang seorang gadis dengan wajah mengerikan.

neo!! Apa yang kau lakukan hah?”

Kyuhyun menelan ludahnya, kenapa wajah gadis itu mendadaka sangat mengerikan.

“yakk Ae-i, aku yang menyuruh Kyu-i untuk membangunkanmu. Sekarang berhenti berteriak dan cepatlah kekelasmu, kau sudah terlambat.” Potong in Yeoul membuat Kyuhyun mendesah lega setidaknay ia terlepas dari kewajiban menjelaskan hal yang tidak diharapkannya terhadap gadis mengerikan tadi, dan walaupun sedikit tidak rela mengatakan ini, Kyuhyun bersyukur karena tidak jadi melakuakan ciuman pertama dengan gadis seaneh Ae Rin.

Mwoya!!” teriakan itu membuat Kyuhyun tersadar dari lamunannya di susul dengan matanya yang membelalak melihat AeRin yang sudah berlari sangat kencang melewati gerbang sekolahya yang sebentar lagi ditutup, tanpa mengucapkan apapun padanya?

“Kyu-i, gomawo. Bangunlah kau juga terlambatkan”
Kyuhyun tersentak kaget lalu beranjak dengan cepat menuju gerbang yang sudah akan ditutup oleh dua satpam sekolahnya.  Jinjja, Kenapa Cho Kyuhyun, wakil ketua OSIS, namja terpopuler seklaigus terjenius, terkenal dingin dan cool melakukan hal sebodoh tadi, untung saja tidak ada satu muridpun yang melewati tempatyna, setidaknya imgenya masih terlindungi.

 

*************

 

Menarik napas berat, Ae Rin keluar dari ruang ganti olah raga lengkap dengan seragamnya. Sebenarnya ia tak punya mood sedikitpun untuk sekedar memdrible bola basket, pasalnya hal aneh tadi pagilah yang membuatnya enggan melakukan apapun. Kyuhyun hampir saja.. Argghhh… ia tidak boleh mengingat hal itu lagi jika tak ingin moodnya benar-benar hancur saat bermain bola nanti.

“Ae-ya, kajja!!” suara teriakan yeoja berhasil mengembalikan kesadaran Ae Rin yang sedang mengingat-ngingat kejadian aneh tadi. Errr,.. sebenarnya tadi itu ia sempat membuka mata dan terpesona dengan bibir penuh Kyuhyun yang errr… sexy.

Lapangan basket sudah dipenuhi dengan para penonton. Terang saja, eskul basket putrti yang sebelumnya sempat vakum selama dua dekade  karena kekurangan peminat akan melakukan come back kembali dilapangan tercinta Hanyoung, dan ini mengundang penasaran banyak orang karena para pemainnya kebanyakan diambil dari murid-murid tahun pertama.

Setelah melakukan pemanasan, Ae Rin memilih menyelonjorkan kedua kakinya di pinggir lapangan, permainan akan dilangsungkan lima menit lagi, dan Ae Rin memilih bersantai terlebih dahulu sebelum melakukan permainan yang akan sangat melelahkan dari pada bergosip ria bersama teman satu timnya. Yeahh.. walaupun mereka terlihat tangguh dilapangan tapi mereka tetap saja seorang perempuan yang senang bergosip.

“Kyaaa.. Kyuhyun sunbae.. dia akan menonton petandingan kita!” Jeritan tertahan Ha Neul, murid tahun pertama yang juga satu kelas dengan Ae Rin membuat gadis itu  berjengkit pelan. Ckkk untuk saat ini nama Cho kyuhyun memang sangat sensitif ditelinganya. Ae rin mengedarkan bola matanya kearah kursi-kursi penonton dan mendadak kesal setengah mati saat menemukan orang yang sangat tidak ingin dilihatnya duduk santai di kursi paling depan tanpa menghiraukan teriakan beberapa gadis yang sedang memandangnya kagum.

Beberapa rutukan berhasil lolos dari bibir mungil gadis itu, ia masih ingin mengumpat pelan mempermasalahkan sikap cho Kyuhyun yang so terkenal  jika Hyo Kyo ketua timnya tidak berteriak menyuruh anggota timnya untuk segera mempersiapkan diri karena permainan akan dimulai. Dengan semangat Ae Rin berlari mengahampiri timnya di tepi lapangan yang sedang menyusun strategi, lawan perdananya setelah come back ini memang tidak bisa di abaikan, tim terbaik dari sekolah Kyunhee High School yang kehebatannya sudah banyak di perbincangkan dari mulut kemulut dan ini membuat Ae Rin sedikit tertekan.

PRITTT..

Peluait di bunyikan wasit melemparkan bola yang berhasil di tangkap oleh ketua tim lawan, Ae Rin mengkeret kedepan karena memang posisinya yang berada tidak jauh dari posisisi lawan yang sedang mendrible bola. Dengan sekali sentakan Ae rin mencoba merebut bola dari driblelan lawan namun dengan kecepatan yang sulit di perkirakan tim lawan berhasil mengelak dan merengsek maju melewati Ae Rin yang sekarang dihadang oleh Hyo Kyo, pertarungan sengit antara ketua tim eoh?

Setengah jam pertandingan skor masih bertahan dengan unggul di tim lawan, walaupun selisih poin antara keduanya hanya dua poin saja tapi tetap saja membuat Ae Rin mendengus kesal. Dengan semangat yang memebeludak Ae Rin merebut bola yang sedang di di drible lawan lalu dengan kecepatan maksimal ia mendrible bola kearah ring tanpa menghiraukan tim lawan yang sedang berusaha mrebut bolanya, tapi pokus Ae Rin sekarang adalah ring dan berhasil menambah satu point lagi. Kecepatan mengelak Ae Rin memang tidak bisa di abaikan ia berhasil mengelak lalu dengan lihai melemparkan bola kearah ring dan BLUSHHH.. bola berhasil melewati ring dengan mulus diiringi teriakan siswa Hanyoung high school yang membahana.

****************************

 

Hyo Kyo menepuk bahu ae Rin berniat berterimakasih karena permainan Ae Rin yang sangat mengagumkan saaat pertandingan. Ditengah ketertinngalan point Ae Rin berhasil menghasilkan Triplepoint di detik-detik akhir pertandingan dan itu membuat tim mereka unggul satu poin dari tim lawan yang artinya mereklah pemenang di pertendingan kali ini, mengalahkan lawan berat di come back pertama, bukaknkah itu prestasi yang cukup mengagumkan?

Ae Rin hanya mengangguk-nganguk takjim mendengar pujian dari Hyo Kyo dan anggota timnya lalu merengsek kepinngir lapangan saat mereka masih membicarakan pertandingan hebat mereka hari ini.

Mengusap dahinya yang penuh keringat, Ae Rin mendengus sebal karena dia lupa membawahanduk kecil ataupun minuman untuk menetralisir rasa lelahnya sekarang. Ia memang menyesali sipat pelupa dan cerobohnya terlebih dalam keadaan yang sangat melelahkan seperti ini. Mendadak kepintaran dan kehebatannya dalam olah raga menjadi tidak berarti, karena yang dibutuhkannya sekarang adalah ketelitian untuk mempersipkan sesuatu yang dibutuhkan.

Plukkk…

Ae Rin mengangkat kepalanya  yang sedang pokus meratapi kakinya yang pegal nyaris bengkak. Selanjutnya Ae Rin membelalak kaget melihat seorang namja yang di yakini Ae Rin sipelaku pelempar handuk sedang berdiri tegak menatapnya. Satu-satunya yang membuat Ae Rin sedikit senang dengan kehadiran namja denagn aura mengerikan karena hampir menciumnya tadi pagi adalah sebotol minuman di tangannya.

“Yakk.. mau apa kau kesini sunbae mesum?!” dengus Ae Rin sedikit ragu, bagaimanapun juga harapan seteguk air ditengah kehausan dan kakinya yang sulit digerakan adalah sebotol minuman ditangan namja itu, dan dengusannya yang sedikit tak terkendali tadi berpotensi untuk melenyapkan seteguk air minum yang sejak tadi diinginkannya. Namun Ae rin tidak mendapatkan balasan ataupun teriakan dari mulut sunbaenya itu, yang ia dapatkan adalah sebotol air yang melayang yang dengan sigap  ditangkapnya.

Ia memandang bingung sunbaenya yang sekarang menatapnya dengan intens.

“Kau selalu saja ceroboh.” Dengus Kyuhyun dengan wajah dingin lalu berbalik meninggalkan Ae Rin yang masih syok dengan kelakuan ajaibnya.

Masih memandang bingung, Ae Rin mendengus dengan kelakuan Kyuhyun yang sedikit aneh. Well, perkataannya sangat menusuk di tambah lagi ekspresinya yang dingin dan sedikit berperasaan walaupun Ae Rin sempat melihat senyum tipis saat Kyuhyun berbalik tadi.

Ia memandangi sebotol minuman ditangannya tanpa menyadari beberapa orang yang masih tersisa dilapangan itu memandang Ae Rin takjub. Bagaimana mungkin seorang Cho Kyuhyun yang setahu mereka adalah orang yang tidak perduli apapun memberikan air kepada pemain basket yang kelelahan, pemain basket yang masih termasuk dalam kategori anaka baru.

“Cekk.. kenapa dia?” gumam Ae Rin masih diliputi kebingungan, tapi sedetik kemudian ia berlaga tidak menghiraukan semuanya dan meneguk air yang sejak tadi didinginkannya. Satu masalah memang sudah selesai, ia mendapatkan air minum tanpa harus menyeret kakinya yang sakit ataupun mengeluarkan uang, tapi permasalahan besar menantinya saat ini. Yeahh.. nasib kakinya.

Ae rin berusaha berdiri menyeimbangkan kakinya yang benar-benar sakit. Sepertinya dia terlalu memporsir tenaga saat pertandingan tadi.

“Aisshh Jinjja.”  Ae Rin memandang sekeliling berharap menemukan orang yang bisa dimintai tolong, tapi yang dilihatnya hanya kursi penonton yang bejejer tak bernyawa. Mendadaka Ae Rin mengutuki kelakuannya yang menolah bantuan dari Dong Joon untuk pergi dari lapangan ini bersama.

Ae Rin berusaha mengangkat tubuhnya namun lagi-lagi ia harus menahan bokongnya yang sakit karena harus terhempas lagi ke lantai lapangan yang dingin. Ae Rin nyaris saja menagis histris jika saja ia tidak merasakan tangan kekar seseorang mengangkat tubuhnya. Ia mendongak lalu mendapati Kyuhyun sudah mengangkat tubuhnya keluar dari lapangan menuju ruang UKS.

“Kau selalu saja bertindak seenaknya, ku bilang jangan memaksaan diri jika kau nantinya sakit, ku bilang kurangi kecanduanmu pada benda bundar oranye itu. Bisakah kau tidak membuat susah diri sendiri dengan tidak mengikuti jejakku berhenti memainkan benda konyol itu. Kau merasakannya sekarang bukan? hanya untuk membuat tim mu menang kau mengorbankan kakimu membengkak, itu konyol kau tahu?”

Ae Rin memndang takjub kearah kyuhyun yang menasehatinya dengan wajah menggebu-gebu. Eh Cho Kyuhyun berbicara panjang lebar padanya, dan ini sudah ke… tiga kalinya, Ae rin benar-benar harus melangsungkan niatnya mencatat momen-moment Cho Kyuhyun berbicara panjang lebar padanya yang pastinya akan sangat jarang terjadi.

“Eh, memangnya kapan sunbae pernah mengatakan hal itu padaku?”

“Saat kau lulus SD”

Ae rin membelalakan matanya lebar. Lulus SD? bahkan dia lupa kapan mereka lulus SD dan namja itu bahkan mengingat perkataanya sendiri. Aisshhh,.. Ae Rin merasakan kepalanya sedikit pening, memikirkan segala hal yang berkaitan dengan Cho Kyuyun memang selalu memusingkan. Ae rin lebih membenamkan wajahnya di dada Kyuhyun dar pada harus melanjutkan memori liarnya tentang namja itu.

Dan sepanjang jalan menuju UKS mereka diiringi dengan tatapan kaget bahkan teriakan histris dari fans panatik Kyuhyun, bahkan Ae Rin tidak menyadari beberapa gadis yang secara terang-terangan mengumpatnya, ia memilih untu tidur dari pada harus menanggapi hal-hal yang membuat kepalanya pusing.

 

FIN~~

Fanfiction / KyuAe Note’s – MOS!!

Tinggalkan komentar

Title : KyuAe Note’s – MOS!!!
Author : RirinKyu
Genre : Romance gagal
Rating : Bebas, sebebas-bebasnya.
Lenght : Drabble
Cast : Shi nAe Rin (OC)
Cho Kyuhyun
Atention : Typo bertebaran, cerita geje, full fanfic.
Disclamer :Cerita orisinil milik saya, asli gak pake nyontek, jika ada kesamaan tokoh, cerita karakter dan sebagainya saya bisa menjamin itu hanya kebetulan semata, terinsfirasi dari sodara saya yang sibuk nyari baran-barang buat osepek..hehe
Happy Reading…~~~

 

 

 

Mendengus kesal, gadis bermata bulat dengan wajah yang tidak bisa di katakan baik itu melemparkan kertas yang sejak tadi di remas-remasnya. Ckk bagaimana mungkin sebuah kertas, -sebuah catatan dalam kertas- bisa membat mood seseorang memburuk. Gadis itu berinsut, meraih kembali kertas yang sudah di campakannya itu, ada sekitar 15 number di sana, 15 soal yang menurutnya sangat tidak masuk akal. Tidak habis pikir, kenapa orang begitu kerasan membuat soal aneh seperti itu, soal tebak-tebakkan yang membuat otak ngilu.

 

 

Aishhh Jinjja, soal aneh ini kenapa susah sekali.” Keluhnya.
Gadis itu bernamaAe Rin, murid tahun pertama yang baru saja menyandang status sebagai siswa baru di Hannyoung High shool. Tahun pertama masuk sekolah menengah atas? Seharusnya Ae rin merasa sangat senang seperti sebagian gadis normal lainnya, bukankah masa-masa senior high scholl adalah moment yang istimewa untuk seorang gadis? Sekolah baru, teman baru, semangat baru, penampilan baru dan pasangan baru. Tapi sepertinya, selogan tadi tidak berlaku untuk gadis yang menyandang status sebagai alumni SMP yang cukup terkenal dengan prestasinya. Pasalnya, kertas yang di pegangnyalah yang membuat mood menyambut masa yang lebih cerah di senior high school memudar.

 

 

Ia memandang kertas itu lagi, berusaha berfikir sampai keningnya berkerut. Ia tidak punya pengalaman sama sekali dengan belasan soal yang mendadak seperti monster. 15 soal tebakan yang jawabannya adalah barang-barang yang harus di bawanya saat ospek. Sebenarnya moment ospek adalah moment yang cukup menyenangkan untuk menjadi hal yang bisa dikenang nantinya, terlepas dari pembulian dan perintah tidak masuk akal yang di alamatkan kepada calon siswa baru. Tapi, jika kertas ini sudah mengacaukan mood seorang Aerin, maka keasikan melihat sesama peserta di hukum dengan hal memalukan sama sekali tidak menarik untuknya.

 

 

“Pengusir setan?? Apa lagi ini!!” teriak AeRin kesal. Sudah lebih dari 20 kali gadis itu membaca bolak-balik kertas di tangannya, namun tetap saja banyangna putih yag tergambar di otaknya yang lumayan cerdas. Emmmhhh.. pengusir setan?? Bukankah ia hanya memerlukan cacing untuk mengusir seorang Cho Kyuhyun??
Cho Kyuhyun???!!
Mendadak otak blank Ae Rin di penuhi cahaya berpendar-pendar mirip aurora, Cho Kyuhyun? Bukankah namja itu sunbaenya di senior high nanti?

 

 

Mendadak aurora yang berpendar di otaknya meredup seketika. Namja itu, jangankan untuk menjawab pertanyaan Ae Rin dengan baik, untuk menjawab sapaannya saja Ae Rin harus sabar dengan diamnya atau teriakannya?

Hye Sung… tiba-tiba saja nama itu melintas diotaknya..

Namja itu adalah tetangga Ae Rin yang masih berumur 5 tahun, tentu saja Aerin tidak akan meminta bantuan untuk menjawab soal-soal yang sejak tadi membuatnya mengerutkan kening. Tapi, bukankah bocah itu bisa di manfaatkan? Seperti menjadi mata-mata untuk mencuri jawaban dari Cho Kyuhyun sunbaenya mungkin.

 

 

Berlari kecil, Aerin menuruni tangga rumahnya untuk berkunjung ke rumah Hyesung. Sebelumnya, dia telah menyiapkan beberapa batang coklat sebagai alat untuk membujuk targetnya.

 

 

“Aniyeong bibi,,” sapa Ae rin kepada Ah Sung, eoma hyesung yang selama ini telah menjadi patnernya membuat kue coklat dengan permukaan seputih salju.

 

 

“Nde, Ae-ya?”

“Bibi apa Hye Sung ada, aku ingin memberinya ini.” Ucap Ae Rin menunjukan 4 batang coklat di tangannya.

“Oh nde, dia di kamarnya. Kau masuk saja.”
Aerin masuk kerumah mungul namun rapih itu berlahan. Sempat memandangi lantai berkilau yang di pijaknya bibi Ah Sung memang sangat memerhatikan kebersihan.

 

“Hye Sung-ah!” panggil Aerin. Gadis itu menemukan Hye sung di kamarnya lengakap dengan stik game yang saat ini sedang di mainkannya. Mendadak ia berkerut samar, hawatir dengan stik yang sedang di pegang Hye sung, bukankah game bisa menyebabkan seseorang mendadak berpentramental buruk. Seperti tetangga sebelahnya, cho kyuhyun.

 

 

“Yakss Hye sung-ah!!!” benar bukan? Bahkan efeknya lebih parah dari sekedar berpentramental buruk, bermain game juga dapat menyebabkan seseorang mendadak tuli.

 

“Aissshhh,,, baiklah, noona akan memberikan coklat inih pada Ae na saja.”

 

Ajaib, bukankah bocah itu sangat ajaib? Dan pelajaran penting yang saat ini di dapat Ae erin adalah Coklat ternyata dapat mengalahkan obat ampuh untuk menghilangkan efek buruk bermain game, buktinya kepala Hyesung berbalik kearahnya.

 

“Mwo noona?? Kau bicara coklat?”

“Aishh lupakan, aku akan memberikannya pada Ae na”

“Andewae.. bukankah noona kesini untuk memberikannya padaku.” Seru Hye sung, mendadak mengabaikan stik hitam yang di pegangnya. Ae rin sangat yakin kalau permainannya itu sudah game over dan robot-robot yang berperang itu sudah berubah jadi abu.

 

“Andwae!!!” gumam Aerin menggelengkan kepalanya angkuh.
Hye Sung berjalan cepat menghampiri Aerin yang masih berdiri angkuh di depan meja belajarnya, lalu menarik-narik jaket yang di kenakan Aerin.

“Noona..”

“Andwaee!!!”

“Noona..”

“Andwae!!!”

“Aku akan melakukan apapun noona.”
Bingo! Aerin tersenyum setan.

 

 

***************

 

 

Jam 06.30 pagi, Aerin berlari menuruni tangga membuat eomanya bergidig ngeri, memikirkan putri kesayangannya itu mendarat dengan tidak mulus di dasar tangga.

 

“Eoma.. selamat pagi..” sapa Aerin setelah sampai di ruang makan.

“Appa, good Morning” lanjutnya.

“Pagi Chagi..” balas eoma dan appanya serempak, membuat Aerin terkekeh pelan, ternyata kedua orang tuanya masih sangat kompak.

 

 

“Eoma, apakah ini terlihat aneh?” tanya Aerin memegang rambutnya yang di penuhi pita warna-warni, ia menghabiskan waktu setengah jam untuk menata rambutnya itu, tentu saja dengan mengumpat sebal.
Hyena –eoma Aerin- tersenyum geli, putrinya mirip sekali dengan boneka barbie yang dulu sering di mainkannya, namun tentu saja dia tidak akan mengambil resiko mengatakan hal itu pada putrinya.
“Sedikit aneh sayang, tapi kau tetap manis”

 

 

Aerin mendengus sebal, tentu saja eomanya sedang berusaha berbohong, mana ada orang terlihat manis dengan rambut yang di ikat kecil-kecil tidak beraturan dengan pita warna-warna seperti ini.
Setelah sarapan dan memaksa appanya yang susah sekali beranjak dari koran pagiya, akhirnya Aerin berangkat menuju sekolahnya dengan Hyundai dan supir appanya. Tentu saja ia mencium tangan eomanya dulu, itulah adalah salah satu penolak bara ala Aerin agar terhindar dari kesialan.

 

*******

 

 

Hannyoung High Scholl sudah sangat ramai saat Aerin memasuki gerbang, ia berkumpul dengan beberapa teman SMPnya yang juga memutuskan melanjutkan kesekolah terkenal ini.

 

 

“AeRin-ah…” salah satu sahabat Aerin melambaikan tangan memanggilnya. Shin Hee Ra, temannya yang sangat mahir berbahasa asing, sama sekali bertolak belakang dengannya, ia lebih senang mengutak-atik angka dari pada menghapal kosa kata.

 

 

“Hee Ra!!!” teriak Aerin menghampiri sahabatnya yang anehnya terlihat tetap manis dengan rambut yang di ikat pita.

 

 

“Uwwwaaa kau terlihat manis Ae-ya.” Pekik Hee Ra yang membuat Aerin melongo. Sudah dua orang yang menyebut dia terlihat manis dengan benda menjijikan di kepalnya, apa dia benar-benar manis. Aerin akan menunggu satu orang lagi yang menyebutnya manis, setelah itu dia akan memutuskan kalau penampilannya saat ini benar-benar manis, dan sebelum saat itu tiba, dia akan dengan sangat rela menggerutu pada orang yang menyebutnya manis.
Namun, sebelum sempat membuka mulut, Ae rin harus rela di seret orang yang sedang ingin ia omeli karena suara lengkingan peluit dan suara menggelegar seseorang telah membahana di seantero lapangan.

 
Seluruh calon siswa baru telah berbaris rapih di tengah lapangan, mendengar sambutan kepala sekolah dan ketua pelaksana orientasi yang membat Aerin melongo sesaat, well di tidak akan begitu syok jika yang berdiri dipanggung dengan tangan yang memegang mikropon bukan Cho kyuhyun.
What the hell, seorang Cho Kyuhyun? Ketua pelaksana orientasi? Mendadak Ae Rin ingin muntah. ia memang tak punya masalah apapun dengan namja bernama Cho Kyuhyun itu, hanya saja namja yang berstatus tetangganya itu terlalu cuek untuk disebut teman sebelah rumah, dan hal itu kadang membuat Ae Rin jengkel.

 

 

Satu jam sambutan yang membosankan telah selesai membuat semua calon siswa baru menghembuskan napas, tidak tahukah mereka bahwa kaki-kaki kecil calon mahasis baru sudah di penuhi semut saking pegalnya?
“Pemabagian kelompok…” bisik seseorang di samping Ae Rin  bercampur syok di ikuti oleh desahan lelah yang lainnya, dan pembagian kelompok ini memakan waktu setengah jam.

 

******

 

Ckk,, Ae rin berdecak sebal, baru satu jam orientasi ia sudah harus menjalani hukuman yang memalukan karena sebutir bawang putih yang merupakan rempah-rempah wajib masakan orang korea itu. Ia sudah berusaha berdebat dengan seniornya mengenai “Pengusir Setan” yang di yakini Aerin berarti bawang putih, tapi senior-senior sok berkuasa itu bersikeras bahwa “Pengusir Setan” itu selain bawang putih juga hars di lengkapi bawang merah karena dua rempah itu tidak dapt di pisahkan. Demi apa!! Aerin nekat mewawancarai vampir untuk membuktikan siapa yang benar dan siapa yang salah. Tapi sebelum merealisasikan idenya, dua senior itu membentak Aerin yang nyaris membuat gadis itu kehilangan pendengarannya.

 

 

 

“Gwaenchanayo??” tanya salah satu anggota kelompoknya prihatin. Ya, dia memang terpilih sebagai ketua untuk kelompoknya yang di beri nama bibimbap, dan nama itu sempat membuat Ae rin protes karena dia sangat menginginkan nama jjangmeong untuk nama kelompoknya  dari pada bibimbap.

 

 

“Nde nan gwaenchana.” Jawab Aerin mengusap peluhnya akibat jalan merangkak mengelilingi lapangannya tadi. Mengingat itu, Aerin mendengus sebal karena usahanya untuk meminta belas kasihan dari Kyuhyun yang notabane adalah tetanganya dan di harapkan Ae rin memiliki ikatan penderitaan yang sama sebagai seoran tetangga, namun sebaliknya sunbaenya itu malah menambah hukuman Ae rin dengan alasan ia adalah ketua kelompok yang seharusnya mampu memberi contoh untuk anggota kelompoknya bukan malah menjadi orang pertama yang di hukum. Dan Aerin benar-benar ingin menjambak rambutnya saat namja itu melengos pergi dengan senyum memuakan setelah memberikannya tambahan hukuman.

 

 

“Ya, kau ketua kelompok bibimbap, kemari..” panggil salah satu sunbaenya yang terlihat cantik namun angker di saat yang bersamaan.

“Nde, Sunbaenim..” jawab Aerin.

“Kau tau siapa orang ini?”

“Nde..”

“Anggota kelompok mu?”

”Nde..”

“JALAN JONGKOK SEBANYAK SATU PUTARAN!!!”
What?? Aerin melongo, benar-banar tidak biasa bergerak, baru saja ia menyelesaikan jalan merangkak, ia harus menjalankan hukuman yang dia sama sekali tidak tahu penyebabnya. Lalu jalan jongkok??? Aishh.. kenapa tidak tiarap saja sekalian.

 

****

 

 

Satu putaran jalan merangkak dan jalan jongkok benar-benar membuat Aerin di liputi dendam, ia sama sekali tidak berhenti mengumpati senior-senior sok berkuasa itu yang tentu saja dilakukannya dalam hati.

 

 

Ia sedang beristiahat dengan beberapa temannya di bawah pohon baobab besar yang tumbuh di pinggir lapangan. 5 menit lagi acara penutupan, dan istirahat adalah sesutu yang sangat di butuhkan mengingat tubuhnya yanhg nyaris remuk.

 

 

Beberapa teman Aerin telah berdiri untuk berbaris karena panggilan sudah bergaung beberapa detik yang lalu, Ae rin masih saja betah berselonjor berniat beristirahat beberapa detik sebelum berpegal-pegal ria lagi. Ia mendongak merasakan seseorang yang berdiri disampingnya.

 

 

“Kau memalukan sekali ubur-ubur, mau menambah lagi hukumanmu eoh??”
Whattt, Aerin membelalakan matanya kesal, Cho Kyuhyun, sunbae berperasaan itu benar-benar membuat darah Hyerin bergolak, di tamabah lagi senyuman memuakan yang sama seperti senyuman yang di berikannya saat memberi hukuman tambahan tadi. Mendadak Hyerin malas sekali mengikuti kelanjutan ospek dua hari kedepan. Well, ia masih sayang dengan tubuh ringkihnya dan tentu saja nyawanya.

END

Fanfiction / Just Hope U Say ‘Saengil Chukae’ 1st Sequel

Tinggalkan komentar

Title : Just Hope You Say ‘Saengil Chukae’
Author :Rin
Genre : Romance.
Linght : One Shot
Rating : G
Cast : Choi Minho,
Shin Ji Byung.
Disclamer : Semua ide orisinil (?) milik saya. Terinspirasi dari ultah saya beberapa waktu yang lalu.

Attention : Typo, cerita geje.

Sumari : Kau salah menilaiku, aku selalu menjadi yang pertama untukmu bahkan sebelum kau menyadari semuanya.

Author POV__
Siapa yang kau harapkan mengucapkan saengil chukae pertama kali di hari ulang tahun mu? Namja chingumu kah? Apa kau berharap orang yang berharga dalam hidupmu memberi kejutan-kejutan manis saat hari itu tiba, seperti membawamu ketempat indah yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya, membawakanmu cake stroberi dengan lilin angka diatasnya, atau mengunjungi apartemenmu untuk membuat 7 hidangan spesial ulang tahun dan memakannya bersama.
Seperti itukah harapan mu?
Jika kau bertanya pada gadis itu, gadis yang saat ini sedang memandang kosong menembus jendela, seolah menikmati tetes hujan berharap sedikit menenangkan hatinya yang resah. Gadis yang dengan gundah menyentuh layar ponselnya. Jika kau bertanya padanya, maka ia akan menjawab TIDAK. Tidak, Ji Byung tidak berharapkan hal muluk saat ini, yang ia inginkan hanya ucapan ‘Saengil Chukae’ dari mulut namja yang di cintainya. Hanya dua kata saja, dan jika itu masih tidak mungkin, ia berharap menemukan nama kekasihnya Choi Minho di deretan inboxnya yang penuh dengan ucapan selamat. Tapi, sederhana apapun keinginannya itu, setidak muluk apapun, pada kenyataannya tidak terkabul. Keinginan kecilnya tidak bersambut.
Gadis itu masih setia menggenggam ponselnya, berharap benda merah muda itu bergetar membawa suara kekasihnya atau lebih sederhana lagi sebuah pesan selamat dari kekasihnya itu.

Ia memegangi dadanya sesak. Sudah dari tengah malam ia terjaga, bahkan sebelum jarum jam tegak simetris menyentuh angka 00.00. Menunggu getaran hpnya membawa suara atau pesan dari namja yang membuatnya ketar-ketir akhir-akhir ini. Tidak terhitung berapa kali ia terlonjak bahagia mendengar getar ponselnya, dan berapa kali ia mendesah kecewa karena lagi-lagi, untuk kesekian kalinya bukan nama namja itu yang membuat ponselnya bergetar.
Ya, walaupun keinginannya sangat sederhana, jauh di dalam sana, di tempat senyap yang hanya dia dan tuhan saja yang tahu, dia begitu mengharapkan pangerannya itu menemani saat-saat bertambahnya satu angka lagi dalam catatan hidupnya, menginginkan namja itu menjadi orang satu-satunya yang menemani gadis itu mengucapkan do’a dan harapan saat jarum jam tegak simetris di angka 00.00 dan hari ini akan berubah namanya menjadi hari kemarin.
Tapi gadis itu tak ingin berharap banyak dengan keinginan di dasar hatinya itu terlalu muluk, sangat muluk. Bagaimanapun harapan muluknya itu tidak akan tercapai, karena bahkan harapan paling sederhanapun belum juga tersambut, bahkan saat jarum jam telah menyerong menyentuh angka 08.00 pagi. Pagi dengan gerimis, dan pagi yang dingin ini tidak membuat dirinya lebih baik.

“Hiks.. Napen..” akhirnya pertahanannya runtuh, benteng ketegaran yang terlihat kokoh itu akhirnya ambruk. Gadis itu mulai terisak, menggumam, dia terlihat begitu rapuh sekarang.

DERTTT..
Getaran ponsel di tangan gadis itu membuat jantungnya berdetak mengencang secara tiba-tiba. Lagi, dia berharap nama Minho lah yang tertera di layar ponsel itu.
Dengan tangan bergetar ia menyentuh layar ponsel untuk memastikan siapa pengirim pesan itu. Dan lagi, ia menghembuskan napas kecewa. Bukan, bukan Minho yang mengirimnya pesan padanya. Orang lain, orang yang menempati posisi kedua terpenting dalam hidupnya, orang yang pertama kali merecoki dirinya dengan seuntaian do’a tepat di umurnya yang ke-19.

From : Hee ra eon..>,<
Saengi, eon akan menjemputmu setengah jam lagi. Ingat, setengah jam lagi! Kau harus menyiapkan uang yang banyak karena kau tahu, pacarku yang satu ini, walaupun badannya kerempeng, tetap saja rakus.

Ji byung tersenyum, gadis yang ahli bermain piano itu telah menjadi sahabatnya sejak dia menginjak bangku menengah atas. Shin hee ra-nama gadis itu, telah resmi menjadi kekasih seorang artis besar, seorang penyanyi yang terkenal hampir keseluruh belahan dunia. Cho kyuhyun, namja itu. Terpesona hanya karena kepiawaian Hee ra menarikan jarinya diatas tuts. Hanya satu minggu dari pertemuan mereka di acara Reuni SMA yang kebetulan mendaulat Hee ra sebagai pengiring piano seorang alumni yang telah sukses menjadi seorang penyanyi. Dari sanalah benang cinta mereka menyatu, lebih manis dan mulus dari kisah cinta Shin Ji Byung.

To : Hee ra eon..
Nde, eon..
Aku akan menunggumu.

Pesannya terkirim. Dengan lunglai ia melemparkan ponselnya ke atas kasur. Mempersiapkan diri untuk membeli bahan makanan yang akan di gunakan saat pesta ulang tahunnya di gelar.

Ji Byung menyerah, saat Hee ra memaksanya untuk merayakan ulang tahun di restoran baru milik appanya. Restoran elit yang baru di resmikan dua hari yang lalu. Hee ra memaksanya untuk menjadi orang pertama yang mengadakan pesta di tempat ayahnya, dengan kesepakatan mereka akan masak bersama untuk hidangannya.
Ji Byung meraih ponselnya kembali sebelum benar-benar mendekam di kamar mandi.

To: Onew oppa.
Oppa, kau tahu di mana Minho? Aku tidak bisa menghubunginya hari ini.
Apa dia baik-baik saja?

***

Ji Byung menunggu Hee ra di ruang tamu. Memainkan boneka dolphin yang telah menjadi miliknya dari sejak dulu. Ia memilih untuk tidak memikirkan Minho, memilih berpikir positif bahwa kekasihnya itu mungkin terdampar di gurun sahara sehingga barang elektronik apapun tidak dapat di gunakan lagi. Apalagi dengan kenyataan bahwa Onew tidak juga membelas pesannya, hal itu membuatnya yakin bahwa kekasihnya itu terdampar di sahara bersama teman satu grupnya.

Dia menoleh saat seseorang membuka pintu apartemennya, dan detik kemudian tersenyum senang mendapati seorang yeoja berambut sepunggung dengan kemeja ungu dan jeans hitam.

“Eoni, kau sudah siap?” tanya Ji Byung berusaha menormalkan suaranya yang sejak tadi tersangkut di tenggorokan.
“Ye..” jawabnya riang. Hee ra meraih tangan Ji Byung berniat membawa gadis itu secepat mungkin menuju tempat pemberlanjaan.
“Kajja..”
“Mwo? Eon, kau tidak lelah. Setidaknya minumlah dulu baru kita berangkat.”
“Aishh.. Aku sedang bersemangat Byung-ah.” tanpa mendengarkan keluhan gadis itu Hee ra menarik tangannya keluar apartemen.

***

Hee ra mengendarai mobilnya menuju swalayan yang tidak jauh dari restoran appanya di pusat kota Seoul. Setelah memarkirkan mobilnya Hee ra menarik tangan Ji Byung tergesa, selalu seperti itu jika dia sedang bersemangat.

“Kita akan membuat cake, kau suka stoberikan?” ucap Hee ra bersemangat, tidak menyadari wajah gadis yang di tanyanya mendesah gelisah saat melihat tayangan di layar besar di ujung swalayan. Menayangkan MV namja yang saat ini membuatnya gelisah. Sedangkan Hee ra masih asik memilih sayuran yang akan menjadi bahan untuk membuat hidangan spesial ulang tahun.
“Eon, jangan terlalu banyak.” Ji Byung melirik cemas troli yang penuh dengan bahan makanan, sayuran dan bahan pembuat cake.

“Hei, kita akan memasak untuk banyak orang byung-ah, bukankah kau mengundang semua hyung-hyung pacarku, begitu pula dengan member Shinee, kau tidak hanya akan mengundang pacarmu sajakan?”

“Shinee sedang sibuk eon..” jawab Ji Byung mendesah lelah, bahkan sampai saat ini ia tidak menerima pesan apapun dari kekasihnya.

“Mwo!! Sesibuk apapun mereka harus datang ke acara kita, jika member yang lainnya tidak bisa, minimal kekasihmu saja yang datang. Awas saja kalo dia tidak datang!!” Hee ra mengepalkan tangannya geram. Mana mungkin acara penting seperti ini tidak di hadari oleh orang yang penting. Kalo Cho Kyuhyun yang melakukan itu padanya sudah di pastikan namja tampan itu akan berubah menjadi namja buruk rupa, yeoja itu memang peka jika menyangkut masalah namja yang menyakiti kekasihnya, dan tidak datang di acara ulang tahun kekasihnya, merupakan bentuk menyakiti yang tidak bisa di ampuni.

Sedangkan Ji Byung, hanya tersenyum melihat expresi eoninya itu. Ia yakin, gadis itu akan sanggup merontokan gigi Minho, jika namja itu tak datang ke acara ulang tahunnya.

FICLET=ZAA

Dua gadis itu keluar dari area pembelanjaan dengan kantong plastik di tangan kiri dan kanannya, setelah memasukan belanjaan mereka kedalam bagasi mobil, kedua gadis itu meluncur menuju restoran yang akan mereka tempati untuk melangsungkan acara mereka.
Hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk sampai di restoran appa Hee ra. Bangunan luas bergaya rumah kuno Inggris itu penuh dengan para pengunjung. Kenyamanan dan keindahan tempat ini menjadi alasan para pengunjung berbetah-betah duduk di tempat unik itu.
Hee ra menggedikan kepalanya bermaksud menyuruh Ji Byung mengikutinya. Jika saja kedua tangan gadis itu tidak di penuhi kantong kresek sudah bisa di pastikan Ji Byung harus terseok-seok karena tarikan tangannya.
Langkah mereka berakhir di sebuah ruangan super luas dengan orang-orang berbaju putih dan topi tinggi sibuk berperang dengan alat dapur super canggih yang berasal dari alumunium.

“Jang Ajussi, sudah menyiapkan untuk tempat kami memasak?” tanya Hee ra pada salah satu koki yang sibuk membalik pemanggang.

“Nde nona, konter akhir paling pojok, saya sengaja memilihkan tempat itu agar nona tidak terganggu.” jawab namja paruh baya itu sambil menyimpan pemanggang saat berbicara dengan putri majikannya.

“Khamsahamnida ajussi.” ucap Hee ra, lalu membungkuk menghormati koki kepercayaan ayahnya itu.

Kedua gadis itu mulai menyibukan diri mencingcang sayuran dan daging dan memasukannya kedalam wajan. Hee ra sibuk mengupas bawang sampai air matanya melumer, sesekali gadis itu berteriak memaki bawang yang jahat melukai matanya. Sedangkan Ji Byung sibuk menggelengkan kepalanya sambil memotong stroberi untuk pemanis seloyang cake yang sudah melekat manis di atas piring.

“Eonn, kenapa tidak tanyakan dulu pada Kyu oppa, berapa orang hyungnya yang akan ikut?” ucap Ji Byung, gadis itu sibuk merias cake dengan cream stroberi dan vanila.
“Nde,.” jawab Hee ra singkat. Terlalu singkat, hingga membuat Ji Byung melongo untuk beberapa saat. Tumben eonninya itu tidak berisik, ini keajaiban dunia ke 8 versi gadis itu.

Empat jam berlalu, rekor terlama untuk menghasilkan tujuh makanan spesial ulang tahun sepanjang sejarah. Di tambah dengan sebuah cake besar dan jjangmeong yang Hee ra buat atas paksaan kekasihnya.

“Finally..” teriak Hee ra membuat Ji Byung untuk kesekian kalinya menggeleng geli. Eonninya itu entah punya volume suara sebesar apa.

“Berapa orang yang datang eon?”

“Member Suju lima orang. kau tahu? kekasih ku sudah berusaha menyeret semua hyungnya, tapi yah kau tahu sendiri kesibukan mereka, ehh.. Aku benar-benar ingin membunuh menejer mereka..”

Ji Byung terkikik geli, ternyata eoninya sudah kembali normal, ia sudah sangat khawatir dengan jawaban singkat gadis itu tadi.

“Dan member Shinee. Jadi genap 10 orang.” lanjut Hee ra berhasil membuat kikikan Ji Byung lenyap.

“Mereka tidak akan datang eon..”

“Aku akan membunuh mereka jika tidak datang.”

“Mereka benar-benar tidak akan datang eon, Minho tidak akan datang, tidak akan..” lirih Ji Byung pelan, nyaris tak terdengar. Ia memalingkan wajahnya saat tiba-tiba air matanya mendesak keluar. Tapi Hee ra terlanjur tahu, selalu tahu, hanya dengan melihat gestur tubuh gadis itu. Hee ra tahu, dan ia benar-benar ingin merobohkan dorm kekasih sahabatnya itu.

FICLET=ZAA

Pukul 07.00 malam waktu KST. Ji Byung telah siap dengan dres berwarna soft blue dan rambut panjangnya yang tergerai sederhana. Dan Hee Ra tampil anggun dengan dress hitam yang dengan paksa di sodorkan Ji Byung di iringi dengan pandangan menyedihkan gadis itu. Dengan sangat..sangat terpaksa, Hee ra memakai dress itu dan ngotot mempertahankan ikatan rambut panjangnya.
Makanan yang dengan susah payah mereka buat telah tersaji indah di atas meja berkapasitas delapan orang. Ji Byung ngotot menggunakan meja itu karena dia yakin hanya sekapasitas itulah orang yang ia harapkan datang akan muncul.
Toh, meja yang lainnya bisa di gunakan oleh tamu yang datang. Jarak antara meja satu dan meja yang lainnya yang berjauhan tidak akan mengganggu pesta kecil mereka.

Hee ra mengeluarkan iphonnya, lalu menekan tombol angka yang sudah ia hapal di luar kepala.

“Yaak, Cho setan! Di mana kau!” seru Hee ra setelah panggilannya tersambung. Dan lagi-lagi. Ji Byung menggeleng maklum.

“Aishh.. Berhenti berteriak istri setan. Kau tidak bisa sabar sedikit!” namja di sebrang telepon balas berteriak membuat Hee ra mendengus sebal.

“Aishh.. Berhenti memanggil memanggil ku istri setan, aku tidak berniat menikah dengan mu.”

“Berisik! Aku sudah di belakang mu pabo..”
Hee ra menjerit sebal saat melihat kekasihnya itu datang bersama 4 orang di belakangnya. Sedangkan Kyu malah sibul memamerkan wajah coolnya yang malah membuat Ji byung terkikik geli.

“Sudah lah oppa, ayo duduk.” ucap Ji Byung memisahkan pandangan saling mematikan antara dua couple itu.

Kyuhyun menyeringai lalu duduk di samping Hee ra di ikuti semua Hyungnya. Setelah mengucapkan selamat dan mengacak rambut Ji Byung yang membuatnya merengut sebal, Gadis itu mempersilahkan semua oppanya untuk mencicipi masakan mereka.

“Kau tidak menunggu minho, Byung-ah?” tanya Donhae.
Gadis itu tersenyum hambar, senyum yang terus di pamerkannya sejak tadi. Senyum yang ia paksakan untuk terus berkembang.
“Dia tidak datang oppa.”
“Mwo!! Anak itu, aku benar-benar akan membunuhnya.” seru Donghae sebal. Ji Byung menarik tangan Donghae dan mengusapnya pelan. Sejak dia menjadi kekasih Choi Minho, sejak Hee ra menjadi kekasih Cho Kyuhyun. Gadis itu sudah sangat terbiasa di kelilingi member Shinee dan SuperJunior. Donghae adalah salah satu yang sangat dekat dengannya selain Onew dan Taemin.

Dan saat itu, saat Ji Byung berhasil menenangkan Donghae dan berniat memotong cake, ia mendapati seorang namja bertuxedo putih dengan seorang gadis cantik di sampingnya. Namja ia rindukan seiring desahan napasnya, namja yang saat dia harapkan berada di antara mereka.
Ji Byung hampir saja menjatuhkan pisaunya jika saja Donghae tidak menggenggam tangannya dan membantu memotong cake.
“Jangan lihat apa yang tidak ingin kau lihat.” bisik Donghae tepat di telinga Ji Byung. Ji Byung mengangguk tanpa menyadari namja yang sejak tadi memandanginya, yang sejak tadi menghela napas resah saat menangkap sosok Ji Byung, menegang kesal karena perbuatan mereka.

“Aishh.. Aku lupa kalo Minho akan melangsungkan kencan buta untuk acara WGMnya malam ini.” Ji byung mendongak mendengar desisan Eunhyuk yang saat ini meringis karena jitakan Donghae.
“Gwanchana oppa, aku mengerti itu hanya tuntutan peran saja.”
“Mwo!! Kau tidak merasa sedih, cemburu!!” pekik Ryewook di balas dengan senyuman Ji byung yang lagi-lagi terlihat hambar.
Namun mereka tahu, mereka yang duduk di meja yang sama dengan gadis itu tahu apa yang di rasakannya. Mana mungkin seorang gadis tidak merasa sebal melihat kekasihnya berkencan dengan orang lain walaupun itu hanya di layar kaca, hanya sandiwara, hanya opera.
Tapi mereka berlaga bodoh dengan tidak membicarakannya kembali dan berkonsentrasi dengan makanannya. Sungguh, mereka tidak ingin menambah perih sakit yang di rasakan gadis itu.

FICLET=ZAA

Sedangkan Minho tidak bisa berkonsentrasi sedikitpun dengan skrip yang sudah di pelajarinya, membuat sutradara Kang mendesis sebal untuk kesekian kalinya.
Minho menghela napas resah, saat melihat gadis yang di cintainya menduduk lesu. Ia bisa melihat wajah gadis itu yang pucat pasi walaupun jarak meja mereka cukup jauh. Ia tahu apa yang di rasakan gadis itu. Ia sangat tahu, bukankah perasaan sakit gadis itu telah menjadi bagian dari sakitnya? Bukankah dia yang telah menawarkan hati mereka untuk bersatu dan berjanji tidak akan membuat gadisnya sakit.
Tapi nyatanya ia menorehkan lagi luka sayat di hati gadis itu, ia tidak bisa menepati janjinya, apakah ia akan terus menyakita belahan hatinya itu? Memikirkannya membuat napas Minho tersengal. Sungguh, ia ingin merontokan semua akal sehatnya, Mengidahkan kemungkinan menghancurkan acara yang telah tersusun rapih selama beberapa bulan ini. Mengidahkan kemungkinan ditendang dari agency nya. Ia ingin berlari meraih tubuh mungil kekasihnya menenggelamkan kepala Ji Byung kedada bidangnya, menggenggam lembut tangan gadisnya. Sungguh ia ingin melakukannya.

Minho terlonjak kesal saat kekasihnya dan orang-orang yang sangat dia kenal beranjak dari meja. Ia ingin berteriak terlebih saat tangan Donghae menggenggam tangan gadisnya.
Minho masih menatap kekasihnya itu, meredakan gejolak hatinya yang ingin menonjok Lee Donghae. Namun sedikit kemudian ia mengangkat tubuhnya dan berlari cepat tanpa menghiraukan teriakan sutradara kang saat gadisnya itu mendadak terkulai di pelukan Donghae. Tidak ada yang penting untuknya saat ini, tidak dengan pekerjaannya, yang terpenting saat ini adalah kekasihnya, gadisnya. Ia tidak menghiraukan teriakan memaki Hee ra, ataupun tatapan menusuk Donghae, yang ia pikirkan adalah menggendong tubuh mungil itu, membawanya, membuatnya lebih baik.
Minho menggendong tubuh Ji Byung yang masih terpejam dengan wajah pucat. Ah, ini menyakitkan..
Menyadari ialah penyebab semua ini..

“Minho, ada apa? Kenapa? Ji Byung kenapa? Bagaimana dengan WGM mu?” pertanyaan Onew saat dia berhasil membawa Ji Byung kedalam mobil yang di kendarai Onew.
“Sudahlah hyung, cepat bawa aku ke apartemen Ji Byung.” perintah Minho lemah. Onew, walaupun dengan tampang kebingungan menjalankan mobilnya.
Minho menyeka keringat yang keluar di dahi Ji Byung, lalu mengecupnya berkali-kali, mentap wajah gadisnya yang belum juga tersadar.

“Tadi gadismu mengirimkan pesan menanyakanmu, aku tidak sempat membalasnya, kau tahu jadwal kita padat sekali tadi?” ucap Onew di balik kemudi.

“Bahkan sutradara sialan itu menyita ponsel ku.” lirih Minho mengecup tangan lemah gadis itu, Lagi.
Perjalanan menuju apartemen Ji Byung di liputi keheningan. Onew tidak bicara lagi, begitu juga Minho yang sibuk memandangi wajah pucat kekasihnya.

“Kita sudah sampai.” ucap Onew menyadarkan Minho.
“Gomawo hyung..” Minho berjalan pelan membopong tubuh mungil Ji Byung, terlihat kacau tanpa mengucapkan kata-kata apapun lagi pada hyungnya.

Minho membaringkan tubuh Ji Byung, laku duduk di samping gadis itu mengegenggam tangan nya, tanpa melepaskan tatapannya menunggu Ji byung membuka matanya.
5 menit kemudian Ji byung menggerakan matanya membuat Minho menghela napas lega.
“Minho-ya..” lirih gadis itu lemah membuat matanya kembali memanas.
“Nde..”
“Kenapa kau ada disini?”
“Mianhae..” lirih Minho menghiraukan pertanyaan Ji byung menggenggam tangan gadis itu mengecupnya berulang-ulang.
“Kenapa kau ada disini? Bukankah kau harus menyelesaikan skrip WGM?” tanya Ji byung lagi.
“Aku tidak perduli dengan WGM sialan itu, mianhae..”
“Aku tidak marah padamu.” balas Ji Byung dingin.
“Jangan berbohong..”
Ji byung menatap namja itu yang juga sedang menatapnya. Tetap begitu selama beberapa detik. Ji byung menghela napas lalu mengangkat tubuhnya duduk bersandar.
“Aku tidak marah padamu tentang pekerjaanmu, walaupun rasanya memang sedikit sakit, aku bisa mengerti. Tapi aku marah padamu karena kau tak mengingat hari ini, aku tidak berharap hal yang muluk seperti kau selalu berada di sampingku hari ini. Aku hanya ingin kau yang pertama. Hanya itu, bukan tidak membalas pesanku walaupun aku sudah mengirimnya berkali-kali.” ucapan panjang lebar Ji Byung membuat Minho tertohok. Ia mendekat kearah gadis itu, meraih wajah gadis itu pelan seakan gadis itu kristal yang mudah retak.
“Maaf soal itu, ponselku di sita sutradara kang. Tapi percayalah aku selalu jadi orang pertama bahkan sebelum kau menyadarinya.” ucap Minho menatap dalam mata coklat kekasihnya, menatapnya beberapa saat menikmati wajah kebingungan gadis itu.
Minho melepaskan tangannya lalu meraih ponsel Ji Byung.
Ia membuja aplikasi pengingat lalu menunjukannya pada gadis yang masih mengernyitkan dahinya heran.

‘Saengil Chukae jagi-ya, kau tahu? Aku membutuhkanmu untuk bernapas.’

Ji byung membulatkan matanya setelah membaca kalimat itu, bahkan ia tidak menyadari kalimat pengingat yang berbunyi tepat tengah malam di hari ulang tahunnya.
“Aku selalu jadi yang pertama. Walaupun caraku sedikit tidak lajim, kau tahu aku tidak punya banyak waktu seperti orang kebanyakan. Tapi bersamaan dengan bunyi alarm mu, aku mengucapkannya. Kau tahu? Aku selalu tak sabar menunggu hari ini..” Ji byung menatap Minho tidak percaya.
“Kau membuka blog mu hari ini?”
Ji Byung menggeleng, bahkan ia lupa pada hal yang jadi kebiasaannya, menulis segala hal tentang dirinya, diakun blog pribadinya.
Minho tersenyum lalu meraih netbook di meja kekasihnya, menghidupkannya lalu menyambungkan server internet dan membuka blog kekasihnya yang akhir-akhir ini sudah menjadi bagian darinya.
Ji byung masih dalam kondisi kebingungan, menerima netbook yang di sodorkan Minho. Matanya terpaku pada sederetan tulisan yang di bubuhi dengan fotonya.
Ia terisak pelan masih mengarahkan matanya pada tulisan-tulisan itu. Ia menyimpan netbook di sampingnya, sedetik kemudian menenggalamkan wajahnya di dada bidang Minho, memeluk erat pinggang kekasihnya.
“Mianhe…” lirihnya terisak semakin kencang.
Minho tersenyum mengusap lembut rambut gadis itu.
“Jangan menyiksa dirimu lagi. Kau membuatku ingin mati.” Minho mencium puncak kepala kekasihnya, menyalurkan seluruh perasaan sayangnya yang dia sendiri tidak tahu seberapa besar perasaannya itu.
“Aku punya hadiah untukmu.” Minho melepaskan pelukannya lalu merogoh kantong tuxedo nya, lalu mengeluarkan benda persegi berwarna merah beludru.
Ji byung membulatkan matanya saat Minho mengeluarkan cincin putih sederhana dari kotak itu dan menyematkan ke jari manisnya.
“Kau tahu? Aku tidak akan melepaskanmu, tidak bisa. Jadi jangan berpikir yang aneh-aneh.” bisik Minho di telinga Ji Byung, mengecup kening yeojanya lembut.
Dan lagi, gadis itu tidak bisa menahan air mata. Tidak sanggup. Bukan karena sakit yang dulu terus membuat air mata gadis itu menetes. Tapi karena alasan lain, alasan lain. Bukankah airmata identik dengan kebahagiaan?

Epilog..
‘Saengil Chukae jagi-ya, aku menyempatkan menulis ini di tengah kesibukanku. Bukankah aku pacar yang baik.
Mianhae, tidak bisa menemanimu. Dengarkan aku, dan jangan pernah menghapus Entri ini dari blogmu.
Kau tahu? Aku akan tetap membutuhkanmu sampai puluhan angka bertambah dalam kehidupamu, aku membutuhkan mu untuk membuat paru-paru dan diagfragma ku mengembang sempurna. Aku membutuhkan mu untuk hidup.
Kau tahu apa artinya? Aku tak kan bisa bernapar tanpamu, aku akan mati!!
Tetaplah menjadi hal yang ku inginkan dalam hidupku, tidak perlu menjadi sempurna. Tidak pelu.
Karena yang ku inginkan dalam hidupku melebihi apapun yang ku harapkan adalah dirimu.’

Tidak, aku tidak pernah merasa menyesal menjadi bagian darimu. Walaupun terkadang tidak jarang aku merasa aneh dengan rasa sakit yang mendadak menyerang ulu hatiku saat melihatmu bersama wanita lain. Tapi percayalah. Aku mencintaimu, aku percaya padamu..
_Shin Ji Byung

Ada ketenangan saat aku menatapmu. Kau tahu? Aku tidak bisa bernapas normal saat tak menemukanmu. Kau adalah bagian penting dalam hidupku berbanding sama dengan organ vital dalam tubuhku. Dengarkan aku..
Aku tidak akan pernah bosan mengatakannya..
Saranghae, saranghaeyo..
Aku mencintaimu..
_Choi Minho

End

Fanfiction / Perfect Prince 1st

Tinggalkan komentar

ini ff asli cacat, sebenernya sempet ragu mau ngepost ff ini, hanya saja setelah merenung( ?) dan berfikir lumayan lama, akhirnya saya putuskan untuk di post juga.

sekedar pemberitahuaan, ff ini pernah saya post di akun blogger*sekarang udah ga aktif* saya dan salah satu page di akun facebook…

Title : Perfect Prince

Author : RirinShin

Genre : Romance

Rating : General

Light : Oneshot

Cast : Choi Minho

Shin Ji Byung (OC)

Shin Hee Ra (OC)

Disclamer : Semua cast milik tuhan semata, ide cerita milik saya.
Sebenarnya Minho cuma buat Taemin, tapi saya ga suka *lebih tepatnya ga bisa* buat ff yaoi ..XD

Attention : Typo, cerita geje.

 

 

 

Musim semi pertama tanpamu, dan rasanya masih sama. Dingin. Mereka bilang mencintai tidak harus memiliki, bagiku itu hanya sebuah kenaifan, karena obsesi para pencinta nyatanya lebih besar dari pada obsesi para pengusaha.

 

Tapi bagaimana jika orang yang ku cintai adalah orang seperti kau? Bagaimana jika jatuh cinta pada mahluk yang terlalu sempurna seperti mu?

 

Kau tahu, sulit bagiku untuk mendongak menatapmu, walaupun kau memaksaku untuk melakukannya. Nyatanya bahkan aku berpaling dengan sangat cepat, dan kau tahu? Itu semata-mata karena aku tak ingin hancur.

 

Dan sekarang hinakah aku jika aku berusaha menatapmu? Yah menatapmu saat kau telah menjadi lebih sempurna dan dapat menghancurkan ku dalam sedetik lirikan. Akan sesakit inikah jika dulu aku tak menampikmu, mencoba menghadapi kehancuranku dulu? Nyatanya walaupun aku menampikmu, aku tetap hancur.

 

Flasback…

Bagiku ini sebuah keajaiban, menatap sosok sempurna sepertimu dalam jarak sedekat ini.

Ah, siapa saja tolong bangunkan aku!! Benarkah dia? Benarkah seorang Choi Minho? Dia? Dia duduk di depan ku? rasanya dunia kiamat.

“Shin ji byung?” ah, bahkan suaramu lebih indah dari pada para biduan Atena yang orang bilang akan membuat banyak orang terlena.

“Ye?” sahutku mendongak. Dan saat itu aku terjerat dalam pusaran indah di kedua matamu. Ini melelahkan, karena berusaha untuk tidak terjebak di kedua binar matamu adalah sesuatu yang sulit. Aku butuh seseorang untuk menyadarkanku.

“Boleh aku duduk di sini?”

“Ye?” Dengan tololnya kata-kata itu masih setia meluncur dari mulut ku. Apakah perbendaharaan kata ku habis hanya karena berhadapan dengan mu eoh?

Choi Minho, apa yang kau lakukan hingga kinerja otakku mendadak tak berfungsi?

Bahkan aku tak pernah berharap, setelah itu kau menemuiku terus, menatap ku, dan membiarkan aku terjebak dalam pusaran matamu. Aku tidak pernah berfikir bahwa setelah ini aku akan hancur.

****

 

 

Ini semua nyata, bukan mimpi. Dengan tiba-tiba seorang pangeran mengulurkan tangannya pada seorang pelayan yang sangat biasa, tidak istimewa. Aku membutuhkan waktu berjam-jam untuk mencerna semua keajaiban yang terjadi padaku, aku tahu ini bukan mimpi, dan aku hanya prrlu menikmati setiap waktu yang teramat indah untuk menjalani hal yang ajaib ini dengannya, dengan Choi Minho.

 

Hari-hariku seperti dongeng, dongeng si buruk rupa yang mendapatkan cinta sang pangeran. Cinta? Kurasa tidak sejauh itu. Tapi berada di sampingnya, menemaninya menyuapkan sesendok kimbab dengan perlahan kemulutnya adalah suatu yang mustahil bagiku, tapi nyatanya bahkan aku telah mengambil andil untuk ikut menyuapkan bersendok-sendok kimbab kemulutunya.

 

“Byung-ah..” aku menoleh, hapal betul suara lembut di belakang ku. suara yang sebenarnya sempat membuatku begitu jengkel karena mengganggunhayalanku tentangnya.

 

“Ye eonn!” jawabku dengan senyum senang.

Gadis anggun itu bernama Shin He Ra. Dia Eonni ku, ku beberkan satu rahasia tentangnya, dia itu penggila Cho Kyuhyun, sunbae yang baru-baru ini melakukan debut di salah satu boy band SM Entertaimen bernama Super junior.

“Kau tak melakukan hal bodoh yang akan menyakitimu bukan?” tanyanya menyelidik.

“Mwo?” jawabku heran.

“Berhati-hatilah Byung-ah, aku tahu kau melakukannya.” ujarnya cepat, bahkan sebelum aku memahami arti dari setiap kata yang di ucapkannya.

******

 

Awal musim semi. Dan hari ini akan hangat terlebih dengan adanya sosok sempurna seperti mu.

Langkahku terlalu ringan hingga nyaris berlari, namun sedetik kemudian aku di kagetkan oleh sebuah kerikil mengenai kepalaku, aku menoleh dan menemukan segerombolan yeoja yang menatapku sinis.

“Kau Shin Ji Byung?” tanya salah satu yeoja berambut pirang.

“Ye.” jawabku bingung.

“Cih.. Bahkan kau tidak secantik Krystal eoni, berani-beraninya kau mendekati Minho oppa.”

“Ye?”

“Dan kau bodoh! Minho oppa akan mengikuti training di SM Entertaiment, itu berarti sebentar lagi dia akan menjadi seorang artis. Dan orang sepertimu tidak pantas berada di dekatnya.”

 

Benar bukan? Seorang pangeran tidak mungkin menyukai pelayannya. Tidak mungkin! Itu hanya cerita dongeng balita. Bahkan gadis rimba seperti Rho pun tidak mungkin seorang putri. Itu kebohongan. Dan aku lebih tolol karena terpedaya oleh kebohongan-kebohongan sialan itu.

“Aku tidak pernah memaksa pangeran kalian untuk mendekati ku.”

5 kerikil. Bukan, bahkan puluhan kerikil menghujani tubuh ku, para moster itu telah membuat lubang baru, lubang baru yang akan terus melebar seiring waktu.

********

Rasanya memang perih, tapi bagian yang tak terjangkau dari diriku lah yang lebih perih. Hee Ra eoni masih dengan telaten mengobati lukaku. Sedangkan aku masih tak bereaksi. Sibuk meredam sayatan di hatiku yang berlahan semakin dalam seiring helatan napasku memikirkan seorang Choi Minho.

“Eonn, apakah kau merasa akan hancur saat kau menyukai orang sesempurna Cho kyuhyun?”

“Ani, waeyo?”

“Kenapa aku merasa rapuh saat menyukai seorang Choi Minho.?”

“Dengarkan aku Byung-ah, aku tidak pernah merasa akan hancur saat mencintai namja seperti Cho Kyuhyun, karena bagi ku dia tidak sempurna. Posisikan dirimu sama tingginya dengan orang yang kau sukai.”

“Mencintai?”

“Ye, sepertinya aku mulai mencintainya.”

******

 

 

Bahkan angin musim semi tidak membuatku hangat. Ada sebongkah es yang meliputiku, dan itu sangat menyakitkan. Aku, sepertinya telah benar-benar mencintainya, jangan tanyakan padaku kenapa aku mencintainya, karena dia begitu sempurna. Dan kebodohan kulah-yang menganggapnya begitu sempurna- yang justru membuat ku rapuh dan nyaris hancur.

 

Sedangkan dia? Mustahil dia mencintaiku, sudah ku katakan pangeran yang mencintai pelayannya hanya ada di dongeng-dongeng klasik. Seorang pangeran yang mencintai gadis rimba seperti Rho, hanya ada di film-film Barbie.

“Byung-ah!!”

Suara itu.

Choi Minho..

Tuhan, bisakah kau singkirkan namja itu dari hadapanku sekarang. Ku mohon tuhan, atau aku akan benar-benar hancur berkeping-keping.

“Cha.. Byung-ah.!!” aku merasakannya, dia mengejarku, tapi rasanya seperti di hantam benda besar yang menyakitkan.

Dia berhasil menarik tanganku, membawaku kesebuah tempat yang aku tidak tahu tempat apa.

“Mianhae..” ucapnya, dan aku tahu ada nada penyeselan yang begitu dalam.

“Wae Minho-ssi, bukankah memang tidak ada yang terjadi?” jawabku dingin.

“Ini…” dia menyentuh dahiku yang di penuhi perban.

“Aku tahu ini karena ku.” aku menepis tangannya kasar.

“Ya, dan sebaiknya kau menjauh dariku Minho-ssi.”

“Aniyo!”

“Wae, apa susahnya menjauh dari teman seperti ku?”

“Andwae!! Kau bukan temanku. Saranghae Byung-ah, jheongmal sharanghae, aku menyukaimu lebih dari seorang teman.”

Seharusnya aku bahagia mendengar pangeran menyatakan cintanya. Seharusnya aku meledak saking bahagia. Benar bukan? Tapi kenyataanya sekujur tubuhku membeku dan detik berikutnya aku hancur.

“Jangan bercanda Minho-ssi, jangan membuat ku mengharapkanmu lagi!!!” jeritku frustasi.

“Kau tak bisa melihat kesungguhan di mataku Byung-ah?”

“Ani, aku hanya akan hancur melihat matamu. Dan bukankah besok kau akan berangkat Training untuk menjadi artis terkenal? Jadi, Untuk apa kau bersusah payah ingin berada di samping ku.”

Ku kira aku akan tetap utuh, ku kira aku akan tetap kuat saat benar-benar menampiknya. Bahkan ketika kedua telapak kakiku melangkah rasa sakit mendera hatiku, aku ingin ambruk. Kenapa harus sesakit ini? Kenapa aku masih tetap hancur?

Flasback end..

 

 

Bodoh bukan? Namun ada kalanya memang kesakitan akan menjadi ending sebuah kisah percintaan. Tidak. Bahkan aku belum memulainya, namun semuanya sudah berakhir. Seorang Choi Minho, seorang idola, tidak mungkin menengok kebelakang, tidak mungkin menengok orang yang telah kejam menampiknya. Jika kau menjadi seorang Choi Minho, kau akan sependapat denganku bukan?

“Baiklah Minho-ssi, mereka-para penggemar mu selalu berkata bahwa kau begitu sempurna, bagaimana menurutmu?”

DEG..

MINHO.. Diakah?

Aku mengalihkan mataku pada layar besar yang ada di cafe ini, tempatku menghadapi musim semi yang dingin.

Dan itu benar kau. Minho-ya, bahkan pangeran-pangeran atena kalah dengan kesempurnaanmu, masihkah aku berani mendongak?

“Aku tidak sempurna, orang sempurna tidak akan mendengkur saat tidur..”

Bibirku tertarik keatas. Benarkah aku tersenyum? Rasanya sudah lama sekali aku tidak tersenyum karena kau?

“Wow Minho-ssi, kau telah membeberkan rahasia mu!” seru pembawa acara dan kembali membuat mu tersenyum.

“Ya, dan aku akan membeberkan semua kekurangan ku agar orang yang ku sukai. Err bukan, orang yang ku cintai tidak menganggap ku orang yang sempurna.”

Senyumku membeku.

“Be..benarkah? Siapa yeoja beruntung itu?”

“Kau akan tahu saat aku berhasil mendapatkannya. Sekarang, jangan potong kata-kata ku.”

“Aku bukan orang yang sempurna jika kau berfikir begitu. Aku bukan pangeran. Jika kau menganggapku pangeran maka kau adalah putri. Kita ada pada haluan yang sama. Kau tahu? aku sering kali mengigau kan namamu, apakah orang yang sempurna akan melakukan hal memalukan seperti itu saat tidur? Tidak. Karena nyatanya aku sempurna karena kau di sisiku.”

“Wow, Minho-ssi kau menyatakan hal itu terang-terangan di depan fans-fans mu.”

“Aku yakin fans-fans ku mencintaiku dengan tulus. Saat dia pertama kali tersakiti karena ku, aku hampir mati. Dan ku yakin mereka adalah orang yang pengertian.”

Kali ini hati ku benar-benar kebas. Bukan sakit karena aku menatapnya seperti dulu, tapi sakit karena aku menyesal menampiknya. Aku memalukan bukan?

Kakiku berjalan pelan keluar dari cafe, membiarkan kakiku melangkah tanpa komando. Dan di sini aku terdampar, taman bunga yang sama dengan tempat saat pertama kali dia menghampiriku. Berlahan, aku meraba permukaan kursi bewarna perak itu, semua masih sama.

Benarkah semua yang dia katakannya? Aku kah yeoja yang dia maksud?

Kenapa aku baru berfikir sekarang? Bukankah setiap yeoja akan menganggapnya sempurna, kau bodoh Ji Byung. Kau bodoh dengan seenaknya saja mengambil kesimpulan bahwa kau lah wanita itu.

Bahkan satu jam yang sangat panjangpun tidakku hiraukan sekedar untuk merutuki kesalahanku, di taman ini, tempat yang menyimpan banyak hal tentang hal yang mengingatkan ku padamu.

“Bisakah kau menatapku sekarang?” suara itu, Choi Minho. Aku masih enggan berbalik memastikan bahwa namja itu benar-benar dia.

“Kau tidak akan hancur, karena aku tak kan membiarkanmu hancur. Sekarang berbaliklah.”

Namja itu menyentuh bahuku lembut dan membalikakan ku teramat pelan. Seakan tubuh ku rapuh dan benar-benar akan hancur jika dia terlalu kelas menyentuhnya.

Aku menunduk, menikmati airmata yang satu-satu menggelinding menyentuh pipiku.

“Kau mendengar ku?” ia menyentuh daguku lalu mengangkat sama pelannya.

“Ye..”

“Saranghae.. Saranghanda.. Jheongmal saranghaeyo.. Dan seratus tahun ke depan, aku akan tetap mengatakannya. Kau sang putri jika kau menganggapku pangeran, bukankah memang seharusnya pangeran dan putri bersama?”

Aku mengangguk berat menyebabkan air mataku terjatuh ketanah.

“Heii, bisakah kau berhenti menangis kau belum menjawab pertanyaanku.”

Aku mendongak menatap matanya yang seolah tersenyum padaku. Tidak sakit lagi, tidak merasa hancur lagi, karena aku seorang putri, bukankah pangeran dan putri seharusnya bersama?

“Na do saranghaeyo, jheongmal saranghaeyo Minho-ya.” dan kepalaku telah tersandar sempurna di dadanya. Sekali lagi, aku tidak merasa hancur bahkan saat tangan kokohnya mendekapku erat. Musim semi kembali hangat…

Semua akan terasa pantas jika kau memandang dari perspektif yang lain. Bahkan seorang pangeran akan pantas bersanding dengan seorang pelayan jika kau memandangnya dengan hati. Karena cinta itu pantas memilih, semua hal akan pantas karena cinta.

 

 

Epilog…

Author POV..

Teriakan-teriakan heboh membahana saat ke lima namja itu dengan lincah menggerakan badannya. Salah satunya adalah seorang yeoja bergaun putih selutut dengan rambut lurus yang di jalin longgar di sebelah kiri. Dia tidak berteriak. Tapi senyumnya tak pernah pudar menyebabkan yeoja itu seperti putri di tengah orang-orang yang terus berteriak.

“Hyung, kau lihat yeoja di sana?” salah satu dari namja-namja itu berbisik kepada leadernya sesaat setelah mereka menyelesaikan satu lagu.

“Ye? Dia yeoja yang menolakmu gara-gara dia menganggap mu pangeran yang terlalu sempurna?” jawab sang leader dengan gaya seolah meledek saat mengatakan kata pangeran.

“Hemmhh.. Dan dia telah menjadi milik ku sekarang?”

Sang leader mengamati yeoja itu seksama.

“Minho, kau ingin tahu pendapat ku?” namja yang di panggil Minho itu mengangguk.

“Dia itu seperti putri, dan dia lebih sempurna dari mu.”

“Yaa hyung!! Apa kau bilang?! Aku ini pangeran, tentu saja kami berdua sangat cocok, kau jangan bicara macam-macam!!”

END..

“karena cinta itu berhak memilih, semua hal akan sangat pantas karena cinta”

Fanfiction / For you 1st

Tinggalkan komentar

Ini ff jadul, reques dari nae eoni..
sebenarnya ane ga rela masangin kyu selain sama Ae Rin, tapi berhubung uni saya -Eka uni- istri pertama Kyuhyun jadi kita sepakat buat berbagi Suami..
#Plakk

Title : Forever You
Author : RirinKyu
Genre : Romance.
Rating : BO
Light : Ficlet

Cast :
Shin Hee ra
Cho Kyuhyun
Shin Ji Byung *cuma lewat

OC:
Eka Praja a.k Shin Hee Ra
Rini Nurjanah a.k Shin Ji Byung.

Disclamer : annyeong, aku buat ff ini buat Eoni ku Eka Praja. Dulu, dulu sekali aku pernah janji buatin ff buat nae eonn, tapi karena kesibukan yang menumpuk jadi nya ffnya baru bisa di buat sekarang. Eonni-Eka Praja- masih inget diary yang kita buat waktu SMA? Bukunya masih ada. FF ini idenya dari sana. Ntar ada bahasa yang mungkin sama dengan tulisan mu. Hope you like, Eon.

Atention : Typo, cerita geje.

Sumari : Mendapatkannya-walaupun dengan sedikit perjuangan tidak sebanding dengan seberapa susah aku mempertahankannya.
-Inspirated by Eka Eonni-

Mendapatkan seseorang yang kau cintai memang mudah, tapi yang harus kau fikirkan setelah kau mendapatkannya adalah bagaimana cara agar kau bisa mempertahankannya agar tidak pergi.
Setelah bunga yang kau miliki tersimpan apik di dalam pot, maka kau harus tahu kapan waktu kau menyiramnya dan membersihkan daunnya.
Terkadang, dengan tidak sengaja kau akan tertusuk duri saat merawat bungamu, dan kau harus siap menghadapi sakit dan perihnya saat bungamu layu.
Dan jika saat itu tiba kau harus siap dengan sakit hati yang hampir membuat mu ingin mati.

Flasback…

“Eoni, apakah kau merasa akan hancur saat kau menyukai orang sesempurna Cho Kyuhyun?” saat ini aku sedang membersihkan luka dongsaengku Shin Ji Byung, dan pertanyaannya membuat ku tertegun untuk beberapa saat.
“Ani, waeyo?” jawab ku akhirnya.
“Kenapa aku merasa sangat rapuh saat menyukai seorang Choi Minho?”
“Dengarkan aku Byung-ah, aku tidak pernah merasa hancur saat mencintai namja seperti Cho Kyuhyun, karena bagiku dia tidak sempurna. Posisikan dirimu sama tingginya dengan orang yang kau cintai.”
“Mencintai?”
“Ya, sepertinya aku mulai mencintainya.”

Flasback end..
Aku memang tidak pernah merasa hancur karena mencintainya, karena bagiku dia tidak sempurna.

Aku selalu berusaha untuk mencari kekurangannya, dan belajar untuk mencintai setiap kekurangannya.
Bahkan sebelum aku benar-benar menemukan sosok nyata seorang Cho Kyuhyun dalam kehidupanku, saat Cho kyuhyun baru berupa bayangan hitam putih yang samar.

Flasback..

Ini adalah malam perpisahan kelas tiga di Kyunhee Senior High School. Malam yang ramai, dan aku tidak pernah suka keramaian. Dengan tidak nyaman aku memilih untuk terisolir di sudut ruangan di temani segelas jus manggo.
“Shin Hee ra!!” teriak seseorang, dan aku tau betul siapa yang memanggilku. Kim Songsaenim.
“Ye, Songsaenim?”
“Akhirnya aku menemukan mu, kajja ikut aku..” Kim songsaenim membawaku kesebuah ruangan yang di penuhi para songsaenim dan orang-orang yang tidak ku kenal.
“Aku membutuhkan bantuan mu.”
“Ye?”
“Kami tahu kemampuan mu dalam bermain piano, dan sekarang kami ingin kau mengiringi penampilan seseorang.” kali ini bukan hanya Kim songsaenim yang ada di hadapanku, tapi beberapa orang songsaenim yang tidak mungkin ku tentang keinginannya.
“Nde, siapa yang harus ku iringi songsaenim?”
Semua songsaenim di depanku serempak tersenyum dengan jawabanku.
“Geure.. Cho Kyuhyun-ah kajja.”
DEG..

Cho Kyuhyun?
Aku akan mengiringi nyanyian seorang Cho Kyuhyun? Aigoo.. Sepertinya aku bermimpi.
Aku mencubi tanganku yang bebas, memastikan bahwa yang ku dengar bukan sekedar bunga tidur. Tapi seketika otakku kebas saat menemukan sosok itu mulai mendekat. Tuhan, dia begitu sempurna. Mendadak aku seperti terjebak dalam pusaran mata coklatnya, dan itu membuat ku sesak napas.
Kau tahu rasanya menemukan oase di padang pasir? Kau tahu bagaimana rasanya terhisap pusaran yang membuatmu terlena. Rasanya, rasanya terlalu indah, bahkan untung melepaskan kontak mata dari sosok seorang Cho Kyuhyunpun rasanya menyakitkan.

“Hee ra-ya, kau pasti mengenal Cho Kyuhyun kan?” kali ini Il songsaenim yang berbicara padaku. Aku hanya mengangguk tanpa melepaskan kontak mataku darinya.
Cho Kyuhyun sekarang sudah berada dalam jarak rengkuhku, tersenyum dengan kedua tangan di jejalkan ke saku celana.
“Annyeong Hee Ra-shi, senang bekerja sama dengan mu.”
“n..nde.” jawabku tergagap. Dia memang terlihat sempurna, namun hanya dalam sekali pandangan aku bisa melihat wajahnya yang berlubang, sudah kubilang, aku bisa mencintai kekurangan Cho Kyuhyun sebesar apapun itu.

***
Cho Kyuhyun. Kau ingin tahu seperti apa dia di mataku? Dia itu idola dengan wajah berjerawat, magnae kurang ajar yang membuat hyung-hyungnya darah tinggi, magnae dengan wajah boros seperti ajjushi dan orang sinting yang tergila-gila dengan game. Kenapa aku mencintainya jika hanya kejelekannya saja yang ku dekskripsikan, sudah ku bilang, aku menyukai segela yang ada padanya, mencintai dengan sangat semua kekurangan nya, itulah yang membuatku tidak mungkin berpaling dari seorang Cho Kyuhyun.

Ini malam kedua setelah insiden bersejarah mengiringi lagu seorang Cho Kyuhyun, dan debarannya masih belum menghilang. Terlebih saat ini aku sedang memelototi MV, foto dan reality show yang melibatkan pria tampan itu.
DERTDERT..
Aku meraih hp ku yang sejak tadi terasingkan.
“Yeboseo..” jawabku tanpa melihat siapa yang menelepon.
“Ra-ya..?”
Deg..
Suara ini, aigoo jangan bermimpi Hee ra, tidak mungkin dia.
“Ra-ya, yakk.. Aish.. Kenapa tak menjawabku?” aku tersentak saat suaranya meninggi.
“Ye.. Nuguya?”
“Yakk Ra-ya, kau tak mengenal suaraku!!” aku menjauhkan i-phon ku sebelum gendang telingaku meledak gara-gara suaranya melewati batas normal.
“Nde oppa, aku tahu!! Jangan berteriak di telingaku, kau bisa membuatku tuli.”
“Haha.. Kau juga berteriak Ra-ya.” ucapnya tergelak.
“Aishh.. Oppa, ada apa kau meneleponku?”
“Emhh Ra-ya, aku ingin mengatakan sesuatu padamu.”
“ye..?”
“Jangan potong kata-kataku. Aku sedang sibuk akhir-akhir ini, dan aku tidak bisa menemuimu. Aku harus mengatakannya sekarang karena menurut kabar angin kau cukup populer dan aku tidak mau mengambil resiko ada orang lain yang mengatakan ini padamu. Saranghaeyo Ra-ya, dan aku tidak menerima penolakan.” katanya panjang lebar.
“MWO!!”
“Ra-ya mulai saat ini kau yeojachinguku. Arra?”
“M..mwo?”
“Arraso, Ra-ya aku sedang ada pemotretan, ingat kata-kata ku.”

Flasback end..

Ini sudah bulan kedua setelah namja berlubang itu menyatakan perasaannya padaku. Dan tentu saja aku menerimanya walaupun pikiranku sering kali terganggu dengan pertanyaan-pertanyaan konyol yang selalu berterbangan di otakku, dan rasanya aneh. Aku memang belum pernah menyimpan beban pikiran sehebat ini.
Pertanyaan sederhana.
Kenapa seorang cho kyuhyun mencintaiku?
Bukankah aneh namja setenar dia mencintai gadis biasa-biasa saja sepertiku?
Tapi, ya sudahlah. Yang menjadi prioritasku kini adalah aku mencintainya dan dia mencintaiku.
Yah, dia mencintaiku…

Menjadi yeoja seorang Cho Kyuhyun tidak semudah yang ku pikirkan. Kalian tahu? Selama 2 bulan ini skinsipku dengannya hanya sebatas pesan singkat atau telepon saja. Aku belum pernah bertemu lagi dengannya semenjak acara perpisahan di sekolahku dulu. Terkadang, atau mungkin sering aku selalu merasa lelah. Kalian pikir, bagaimana rasanya kau punya namjachingu tapi untuk bertemu dengannya saja kau tidak bisa? Untuk mendengar suaranya saja kau harus bersabar dan kau yang harus berusaha membuatnya bersuara? Melelahkan bukan?
Aku ingin menyerah, terlebih dengan gosip-gosip kedekatannya dengan beberapa artis yang tentu saja lebih sempurna dariku.
Tapi apakah dengan menyerah aku akan baik-baik saja? Apakah dengan berlahan pergi darinya aku bisa bernapas dengan normal? Apakah dengan melepasnya jantungku masih dapat memompa darah? Aku tidak yakin.
Karena tanpa sadar, aku membutuhkannya untuk sekedar menarik napas.
Karena tanpa aba-aba dia telah menjadi komando untuk menggerakan semua sistem tubuhku.

***

Ini sudah bulan ketiga, dua minggu yang lalu aku bertemu dengannya. Senang? Tentu saja rasanya menyenangkan. Hanya saja pertemuan singkat itu hanya membuatku semakin lelah, dia -cho Kyuhyun tidak bertingkah seharusnya seorang namjachingu. Senyum kakunya, skinsip kami yang hanya sebatas tersenyum dan bertanya kabar lalu berjalan-jalan dengan suasana aneh membuatku sesak.
Dia berbeda, sangat berbeda dengan sebelum dia menyatakan perasaannya padaku.
Dan yang kuinginkan bukanlah Kyuhyun saat ini, bukan Kyuhyun setelah menjadi namjachinguku. Aku menginginkan Kyuhyun yang dulu, Kyuhyun yang bukan namjachinguku, Kyuhyun dengan senyum evil dan tingkah konyolnya. Dan Kyuhyun yang seperti itu adalah Kyuhyun yang bukan namjachingu.

Aku menyerah.
Benar-benar menyerah.

Bukankah kau tidak perlu mempertahankan bunga yang akan layu di pot mu namun akan begitu indah jika di tempatkan di tempat bebas atau mungkin di pot orang lain?
Bukankah kau akan bahagia melihat bunga yang kau sukai tumbuh dengan sehatnya walaupun itu bukan di potmu dan bukan kau yang merawatnya?
Begitu juga denganku.
Terikat dalam satu hubungan namun dengan aura yang tidak nyaman bukankah lebih baik mengurai ikatan itu?

Aku meraih i-phonku lalu menekan nomor yang tertera di list pertama contac teleponku dengan gemetar. Mungkin aku akan lebih kuat mengurai ikatan itu dengan cara tidak langsung, bukankah dia mengikatku dengan cara seperti ini juga.

“Yeboseo..” hanya mendengar suaranya saja aliran darahku mendadak beku.
“Nde, ini aku oppa.”
“Ra-ya? Ada apa menghubungiku. Kau tahu aku lelah, dan aku baru beberapa menit yang lalu memejamkan mata?” aku tersenyum kaku.
“Oppa, aku hanya mengatakan sesuatu padamu, kau tidak perlu menemaniku mengobrol. Kau hanya perlu mendengarkan ku oppa.”
“Nde?”
“Oppa kau tahu? Aku menyukaimu saat kau mengeluarkan senyum evilmu, bukan senyum kakumu. Aku menyukai tingkah konyolmu, bukan tingkah sok seriusmu. Aku menyukai kau mengacak rambutku, bukan menggenggam tanganku namun dengan perasaan was-was ada yang melihatmu. Dan semua yang ku sukai darimu, adalah kau yang bukan namjachinguku.
Oppa aku tidak tahu kenapa sikapmu berubah aneh saat kau mengikatku. Hanya saja, aku ingin kau yang dulu. Dan itu hanya pada saat kau bukan namjachinguku bukan?”
aku menarik napas berat, sedangkan dia tidak bersuara.
“Aku tahu oppa, dari sejak awal kita memang tidak cocok. Jadi aku akan melepasmu. Jika aku beruntung, aku bisa menjadi temanmu bukan? Atau siapa tahu aku dapat menjadi pengiring lagu mu lain kali.”
“Mwo!! Apa maksudmu Ra-ya?” tanyanya dingin.
Aku menekan tombol off untuk memutuskan sambunganku dengannya. Air mataku jatuh, dan ini lebih menyesakan dari yang kupikirkan.

2 tahun kemudian…
Industri musik? Aku tidak tahu dari mana awalnya aku bisa terdampar di dunia ini, dunia penuh dengan melodi yang membuat paru-paruku mengembang sempurna. Bukan karena aku masih saja memerlukan seorang Cho kyuhyun untuk bisa bernapas, tapi karena aku memang mencintai musik terutama piano.
Tuhan memang mendengar do’aku, aku menjadi pianis yang direkrut SME untuk mengiringi lagu-lagu SUJU KRY, tentu saja aku tidak menolaknya, ku anggap ini bonus dari tuhan karena dulu aku melepas seorang cho Kyuhyu. Yaaa.. walaupun hanya menjadi pengiring lagu-lagunya kurasa ini sudah lebih cukup, karena aku dapat melihat seorang Cho Kyuhyun yang kusukai dengan keadaan ini.
“Ra-ya…” aku tersentak kaget mendengar suara yang sangat tidak asing di telingaku.
Kyuhyun Oppa..
“Nde Kyuhyun-Shi”
Kyuhyun menghampiriku dengan pandangan aneh, dan aku hanya diam tidak mampu mengartikan tatapannya.
“yakk… sejak kapan kau memanggil namjachingu mu dengan panggilan formal seperti itu hah??”
“Mwo?!”
“Sudah ku katakan bukan, kau harus memanggilku oppa?”
“Tapi Kita…”
“Memangnya siapa yang menyetujui keputusan sepihakmu itu hah??”
“ta..tapi..”
GREPPP..
Aku tersentak merasakan tangan kyuhyun meraih tubuhku erat. Seketiak aliran darahku mengalir deras kepermukaan wajahku, ak u yakin wajahku sudah memerah sekarang.
“Mianhae.. aku akan menjadi apa yang kau sukai Ra-ya, entah kenapa, dulu aku selalu kaku jika berada di dekatmu. Itu bukan aku tidak mencintaimu Ra-ya, tapi karena aku terlalu mencintaimu.
Aku tahu ini aneh, tapi berada di dekatmu setelah kau menjadi yeojachinguku membuatku malu, dan aku tidak tahu bagaimana cara bersikap jika berada di dekatmu.”
“Mwoo”
“Aisshh.. kau tidak punya kata-kata lain selain kata Mwo.. ngomong-ngomong kau punya hutang 2 tahun karena meninggalkanku.. dasar yeoja jahat..”
Aku masih mematung tidak yakin dengan apa yang terjadi pada ku. Cho kyuhyun yang ku sukai apakah telah kembali??
“Lalu apa yang harus ku lakukan oppa..??
Kyuhyun tersenyum, bukan senyum kaku. Tapi senyum yang selama ini kurindukan.
“Kau harus menemani ku sampai waktu yang tidak di tentukan”
MWOOO!!!

END~~~~

Fanfiction / Happy Flavor 1st

Tinggalkan komentar

Author   : RriinKyu
Title        : Happy flavor.
Genre     : Romance
Rating    : PG-15
Length   : Ficlet
Cast         : Lee Hyuk Jae
Chery Shin
Disclamer : Semua Cast milik tuhan, sedangka idenya Terinspirasidari komiknya Yuna seto. Judul ya Third Musical suite.

Warning : typo, cerita geje.

 

Seorang namja berjalan cepat melewati rumah demi rumah di kawasan perumahan pinggiran kota Seoul, sebelah pundaknya menyandang tas besar berwarna hitam. Langkah cepat namja itu berhenti di depan rumah cukup besar di kawasan perumahan itu.
“Hemm.. Yeoja itu, sedang apa dia?” gumam nya melihat seorang yeoja bergaun putih dengan pena bulu di tangan kanannya.
“Menulis di langit.” namja itu, Lee Hyuk Jae atau biasa di panggil Eunhyuk mengernyit heran.

Sementara itu yeoja yang diamati Eunhyuk sedang asik bergelut dengan pikirannya, puluhan kertas remuk bergeletakan mengenaskan di lantai balkon yang menjadi tempatnya menulis.
“Aishh jelek..” rutuknya lalu meremas kertas itu dan membuangnya sembarang.
Mata coklat yeoja itu berkeliling mengitari sekitar rumahnya.
“Ahh.. Apple..!!” serunya riang. Setelah lama mengimbang-ngimbang yeoja itu menaikan kakinya keatas pembatas balkon.
Tap..
Sekarang ia sudah berdiri tegap diatas pembatas, sebelah tangannya meraih apel dan sebelahnya lagi menahan keseimbangan.
Namun tidak bertahan lama keseimbangannya mulai goyah, ia berusaha menyeimbangkan tubuhnya, namun..
GYAAA!!!

Eunhyuk POV.
Melelahkan sekali hari ini. Kang gangsanim menyiksaku untuk mengerjakan puluhan soal geometri yang membuat ku hampir gila. Aku pulang setengah jam lebih telat dari biasanya. Apartemenku memang sedikit jauh dari stasiun, baru beberapa hari aku pindah ke apartement ini, alasannya aku butuh ketenangan. Apartemenku yang baru memang cukup jauh dari keramaian.

Tubuhku hampir saja oleng karena kelalahan, sengaja aku memperpanjang langkahku melewati bangunan-bangunan sepanjang perumahan ini.
Sedetik kemudian langkahku berhenti di depan sebuah rumah yang cukup besar di perumahan ini.
Yeoja itu lagi, beberapa hari ini aku memperhatikannya yang selalu merenung di atas balkon, selalu dengan pena di tangan kanannya. Sedang apa dia? Menulis di langit? Molla.

Kalo tidak salah namanya Chery, nama yang aneh untuk ukuran yeoja korea. Aku memang belum berkenalan dengannya. Ajussi sebelah rumah yang memberitahukannya padaku. Kata ajussi itu, dia seorang penulis, ramah tapi dingin, terkesan acuh tak acuh, dan jarang sekali keluar rumah kecuali kuliah. Emmhh menurutku dia yeoja yang menarik.
Oke, selesai membahas yeoja itu. Sekarang lihat apa yang di lakukan.
Aigoo.. Dia tidak bermaksud bunuh dirikan dengan menaiki pagar pembatas balkon?
“Oii..” teriak ku saat tangannya menggapai sesuatu. Sepertinya dia kehilangan keseimbangan, dan..
GYAAAA!!

Chery POV..
Gyaaa!! Aku menjerit histeris saat keseimbangan tubuhku menghilang. Sekuat tenaga aku memejamkan mata, bersiap menghadapi rasa sakit yang menyerang atau bahkan mati, bagaimanapun tempat ku berdiri lumayan tinggi.
“Woww!!” teriak seseorang berbarengan dengan tubuhku yang mendarat, aigoo.. Kenapa tidak sakit.
Aku membuka mata dan replex melingkarkan tanganku pada leher seseorang. Tuggu seseorang?
“Ya, yeoja aneh.. Kau ini sudah tinggal di pemukiman elit, masih saja kelihatan defresi.” bentak namja yang menangkapku membuat ku melongo.
“eh? Nuguya?” tanyaku bingung.
“Aku tetanggamu barumu, Lee hyuk jae atau kau bisa memanggilku Eunhyuk, kalau aku tidak datang kamu bisa mati tadi.” ucapnya sedikit membentakku. Aku mengeryit heran, namja ini sedikit aneh menurutku.
“Gomawo, tetangga baru..” ucapku tulus.
Namja itu, siapa tadi? Lee hyuk jae memandang mataku intens membuat pipiku memanas, kurang ajar sekali.
“Matamu, warnanya coklat terang.”
“eh?”
“itu contact lens?” lanjutnya semakin mendekatkan wajahnya kearahku.
“A..ani.” jawabku gugup. Aku mengegerakan tubuhku untuk turun daripangkuannya.
“Warna rambutmu juga coklat terang. Berarti kamu itu campuranya?”
aigoo.. Namja aneh, kenapa menanyaiku terus. Aku hanya mengangguk kecil bersiap pergi.
“Bahasa koreamu bagus.”
“Yakk!! Berhenti mengintrogasiku. Memangnya kenapa kalo bahasa korea bagus, tidak boleh?!” bentakku kesal. Kesabaranku sudah habis, heh mimpi apa aku semalam bisa bertemu dengan namja kaleng rombeng sepertinya.
“Yah, karena kamu manis, jadi tidak apa-apa.” jawabnya di iringi senyum aneh. Aku hanya menatapnya sinis lalu berbalik pergi.
“Ya, agashi!! kau cemasya karena takut melewatkan taun baru sendiri?”
DEGG..
“Taun baru aku selalu sendiri kok. Sudah ya.” pamitku lemas, kenapa dia membawa-bawa taun baru sih, benar-benar merusak moodku saja.
“Oi, beritahu aku namamu.” teriak namja itu lagi.
“Aku Chery. Kalo kau bertanya macam-macam lagi, aku akan marah pada mu..!!” teriakku.
“Sudah marah tuh!” balasnya lalu terkikik menyebalkan.
Dasar namja aneh, kalau dia bukan orang yang menolongku kupastikan wajahnya yang seperti monyet itu tidak berbentuk. Aku tidak suka di tanya-tanya!! Walaupun ku akui dia terlihat keren dengan rambut pirangnya. Aigoo.. Apa yang kupikirkan?!!

******************************************************************

Salju masih lebat berjatuhan dari langit, melayang pelan seperti kapas. Aku tidak pernah berani menyentuh salju yang jatuh malam hari. Malam ini tanggal 31 january, malam tahun baru. Pernak-pernik tahun baru bertebaran di seluruh penjuru kota Seoul. Aku hanya bisa melihat moment itu dari jendela kamarku, aku tidak berniat berbaur dengan mereka, meniup terompet, menyalakan petasan, itu ritual yang belum pernah aku lakukan. Aneh memang, normalnya seorang yeoja berumur 19 tahun seperti ku akan merayakan taun baru di jalan-jalan bersama teman-temannya, tapi aku adalah pengecualian, dari dulu, aku tidak pernah merayakan taun baru. Malam taun baru aku selalu sendirian, jadi tidak masalah kalau tahun ini aku melewatkan malam taun baru seorang diri.

Oke, kuakui aku sedikit takut dan, err kesepian. Bagaimanapun malam taun baru adalah moment untuk berkumpul, tapi apa yang harus ku lakukan jika aku tak mempunyai siapapun di dunia ini.
Cekkk.. Sebenarnya aku bukan gadis yang cengeng, aku sudah sangat terbiasa hidup sendiri. Menangis adalah pantrangan untuk ku, apa gunanya jika memang menangis tidak akan mengembalikan orang tuaku, tidak mengembalikan kebahagianku. Itu namanya tolol. Aku memang tak pernah tahu tentang keluargaku, aku hanya tahu kalau aku di besarkan di sebuah panti asuhan di daerah Myeondong, orang tuaku kecelakaan dan meninggal seketika. Aku di temukan menangis beberapa meter dari tempat kecelakaan, dugaan kuat bahwa aku di lemparkan dari dalam mobil sebelum mobil itu menghantam truk pengangkut ikan di depannya. Tentang namaku, aku tidak tahu kenapa nama aneh ini bisa menjadi namaku, nama ini terukir di sebuah liontin yang sudah kupakai dari kecil. Entah dari mana aku berasal, yang jelas darahku tidak murni darah korea. Mataku coklat lebarku juga warna rambutku bertentangan dengan mata orang Korea yang dominan bermata sipit dan berambut hitam, mungkin salah satu orang tuaku berasal dari belahan negeri lain. Entahlah, aku bahkan tidak bisa mengingat wajah mereka sedikitpun.

Aku memang tidak terlalu menyukai keramaian, aku menyukai tempat sunyi yang bisa membantuku menyalurkan ide untuk memperbaharui tulisanku. Aku seorang penulis romance, buku-buku sudah banyak bertebaran di toko-toko dan di perpustakaan umum. Sikap senang menyendiri inilah yang mungkin membuatku menjadi gadis yang pasif, aku tidak punya teman, aku tidak suka mereka yang terlalu berisik dan manja, oleh karena itu aku lebihmemilih menyendiri dari pada repot-repot menutup telinga karena rengekan mereka.

Malam ini malam tahun baru tentu saja ramai, dan aku benci itu, aku lebih suka meringkuk di sofa dengan susu stobery dan laptop untuk mulai menulis, menulis kisah cinta walaupun kenyataannya aku menutup diri dari yang berbau cinta, semua kisah yang kutulis tentu saja ku dapatkan dari literatur.

TETTTT.. *sumpah, suara belnya jelek banget*

Tidak biasanya ada yang bertamu kerumahku, bahkan tidak pernah mungkin. Dan itu? Kenapa ada suara bel berbunyi..?
Aku mengendap-ngendap mendekati pintu dengan tongkat baseball di tangan kiriku. Belajar dari literatur. Aku pernah membaca novel yang menceritakan kejadian perampokan dalam rumah, dan perampok akan menekan bel seperti tamu sebelum menyergap mangsanya. Novel sialan itu membuatku paranoid selama beberapa minggu, isshh aku tidak akan sudi menulis kejadian macam itu di buku-buku ku. Oke, kita kembali dengan kegiatanku mengintai si penekan bel.
Aku meraih hendel pintu dan memutar kuncinya pelan-pelan, dengan tongkat baseball teracung di tanganku.
Baiklah, aku menarik napas pelan-pelan.
Hana..
Dul..
Shet..
Ceklek..
Ku ayunkan tongkat baseball ku tanpa menghiraukan teriakan orang yang kupukuli.

“Yakkk… Berhenti.!! Apoyo.. Yaa..!!” orang itu masih berteriak sambil meloncat-loncat menghindari pukulanku. Aishh.. Aku tidak perduli..
“Mati kau!! Rasakan ini!!” teriak ku masih terus memukuli tubuhnya, aku yakin tubuhnya akan remuk dengan hantamanku.
“Yaa.. Yeoja gila.. Hentikan.. Yaa Chery-ya!!”
tunggu, kenapa dia tau namaku, aku menghentikan pukulan itu dan mendongak menatap orang itu yang sudah babak belur karena pukulanku.
“Yakk.. Apa yang kau lakukan!” teriak orang itu lalu merampas tongkat baseball ku dan melemparkannya ke lantai. Heran, kenapa dia masih bisa berteriak dengan kondisi seperti itu.
Aku mendongak lagi menatapnya.
“Mwo!! Sedang apa kau disini!!” pekikku kaget. Siapa yang tidak kaget melihat monyet pirang di depan pintu.
“Cekk.. Aishh.. Kau membuat wajah tampanku hancur..” rutuknya lalu meringis.
“Siapa suruh kau datang kerumah ku. Ku kira kau perampok, pencuri atau pemerkosa..”
“Mwo!! Pemerkosa!! Ishh” teriaknya di susul dengan ringisan. Sebenarnya aku merasa bersalah karena lukanya memang cukup parah, ia meringis memegang dahinya yang memar dan ku kira tubuhnya juga memar-memar.
“Mianhae, aku tidak tahu, memangnya ada perlu apa kau kerumahku.?” tanyaku sambil menunduk.
“Aku hanya membawakan mu ini.” ujarnya lalu mengambil sepiring cake yang ternyata ia letakan di pinggir pintu.
“Dan menemanimu di malam tahun baru ini.” lanjutnya sambil menyodorjan cake stroberi yang di pegangnya. Aku tertegun beberapa saat. Menemaniku melewati malam tahun baru? Memberikanku cake? Sebelumnya tidak pernah ada yang menemaniku melewati tahun baru, aku selalu sendiri di malam tahun baru, untuk apa orang baru ini menawarikan diri untuk menemaniku.
“Tidak.. Tidak.. Tidak perlu, aku tidak perlu di temani, aku memang selalu melewati tahun baru sendirian, aku sudah terbiasa. Jadi, pergilah.” ucapku sehalus mungkin. Aku hanya menunggunya membalas kata-kataku, 5 detik, namja itu belum juga membuka suara, aku mendongak melihatnya yang sedang menatapku.
“Yakk.. Apa yang kau lihat!!” teriakku berniat mentakbam keningnya. Tapi ku urungkan karena luka yang kusebabkan masih menempel mesra di keningnya.
“Baiklah, sebenarnya aku heran padamu. Jelas-jelas tahun baru akan menyenangkan jika di lewati bersama-sama.”
Eh? Kenapa dia tidak berteriak lagi. Dan lagi, kenapa suaranya mendadak lembut seperti itu, membuat ku berdebar-debar saja.
Mwo? Berdebar-debar? Menyadarinya membuat pipiku memanas.
“Kenapa pipi mu memerah seperti itu?”
“Yakk..!!”
“Ara..ara..” ujarnya memotong omelanku. “Aku pergi, ini cakemu aku membuatnya sendiri lo..” ia menyodorkan kembali piring berisi cake stawberi itu kearahku.
“Sudah kubilang aku tidak terbiasa menerima tamu atau barang pemberian.” ucapku lalu menepis tangannya hingga cakenya jatuh kelantai. Ia memandangku kecewa lalu memungut cakenya kembali.
“Mi..mianhae, jheongmal mianhae..” ucapku terbata. Aku memang merasa bersalah, aku memang keterlaluan berbuat seperti itu kepada orang yang tulus memberiku cake. Tapi aku benar-benar gugup sekarang..
“Miahae..” aku meminta maaf sekali lagi lalu menutup pintu rapat.
Kenapa rasanya sesak? Kenapa rasanya sakit melihat raut kecewa di wajah monyetnya itu. Aigo.. Sepertinya aku sudah gila..

Aku masih bersandar di depan pintu tanpa beniat kembali ke dalam rasanya benar-benar lemas melihat orang itu kecewa.

“Ya, Chery-ya aku akan memaafkan mu kalo kau mau membuka pintu.”
“MWO!!” teriakku refleks. Kenapa monyet pirang itu masih di sini.
“Nde, ayo buka pintunya. Kita makan cake ini berdua. Malam tahun baru akan menyenangkan jika kau tak sendiri. Percayalah padaku.” serunya lagi.
Aku menimbang ragu, apa aku harus membuka pintu atau tidak?

Dengan berlahan aku membuka kembali pintu rumahku dan mendapati monyet pirang itu tersenyum dengan cake di tangannya.
Omo!! Kenapa senyumnya semanis itu.

“Ayo kita makan cake ini, walaupun bentuknya berantakan, tapi kujamin rasanya tetap enak. Percayalah padaku.”
ucapnya lembut.
“Baiklah..” aku mendengus putus asa di timpali dengan cengirannya.
Aku membuka pintu dan mempersilangkannya duduk di ruang tamuku.
“Ayo kita makan!! Sshh.” teriaknya lalu di ikuti dengan rintihannya, ia mengusap pipinya yang terluka karena pukulanku.
“Gwaenchanayo??” tanyaku cemas, bagaimanapun aku yang membuatnya babak belur seperti itu. Untung saja gigi monyetnya itu tidak rontok.
“Pukulan mu seperti pukulan ajjuma-ajjuma saja.” gerutunya.
“Mianhae, aku akan mengobati lukamu. Chakkaman..”
aku berlari menuju ruang tengah untuk mengambil kotak obat. Kenapa aku jadi panik seperti ini? Aigoo..
“Kajja, aku bersihkan lukamu..” ucapku lalu mengusapkan alkohol kelukanya. Ia meringis tertahan.
“Emmhh.. Chery-ya, kenapa kau terlihat tidak menyukai orang di sekitarmu?” tanyanya saat aku sedang mengusap luka di keningnya yang membiru.
“Aku..Aku dari dulu selalu sendiri. Aku sudah terbiasa sendiri. Jadi, sedikit tidak nyaman dengan orang-orang di sekitarku.” jelasku.
“Kau tahu lebih baik bersama orang lain dari pada kesepian, lebih baik membagi beban yang kita miliki dari pada menanggungnya sendiri. Percayalah padaku.”
“Sudah ku bilang aku tidak punya teman!” jawabku masih terus mengobati lukanya.
Tiba-tiba, dia menangkap tanganku lalu menariknya sampai jarak kami terlalu dekat.
“Aku tidak akan membiarkan mu merasa kesepian, aku tidak akan membuatmu merasa tidak punnya teman.” bisiknya di depan wajahku. Aroma nafasnya menerpa wajahku rasanya menenangkan. Hey, kenapa wajahnya semakin mendekat..
“YAKK!! Apa yang akan kau lakukan.” bentak ku lalu mendorong tubuhnya menjauh.
“Aishh.. Kau mengacaukan suasana romantis kita.”
“YA! Apa katamu, dasar monyet pirang mesum!’”

Epilog..
Author POV..
Seorang Yeoja duduk bosan di tengah taman sepertinya ia menunggu seseorang.
“Ya kunyuk!!” teriaknya saat seseorang yang di tunggunya berjalan pelan kearahnya.
“Kenapa kau lama sekali. Aishh..”
“Yaa diamlah jagi, aku membawakan mu cake ini.” ucap namja itu lalu menyerahkan kotak berisi cake stroberi di penuhi dengan krim Vanila dan buah cery di atasnya.
Chery, yeoja itu- membulatkan matanya riang, lalu menyabet cake dari tangannya Eunhyuk dan Dengan cepat mencolek krim vanilanya yang menumpuk lalu memasukannya ke mulutnya. Tanpa menghiraukan suara cekikikan Lee hyukjae.
“Ini manis hyuk, enak sekali.” ucap yeoja itu tersenyum manis.
“Yaa.. Panggil aku oppa. Aku ini pacarmu.”
“Andwae! Monyet pirang sepertimu tidak cocok di panggil oppa.”
“MWO!!”

END

Fanfiction / You’r My Angel

Tinggalkan komentar

Leeteuk

 

Title        : You’r my Angel.

Author   : RirinKyu

Genre    : Romance.

Rating   : BO.

Leght    : One Shot

Cast :

>Leeteuk a.k Park Jung So

> Lee Yoon Ji

 

Attention : TYPO *ane males ngedit lagi*, cerita geje.

“Aku ingin terlihat angkuh dimata siapapun, tak terkecuali di mata mu.”

Author POV______

Butiran salju melayang satu-satu di langit pucat kota Seoul, menyebabkan wujud lain dari air itu memenuhi seluruh pijakan jalanan pusat Seoul. Jalan utama masih terlihat lenggang, hanya satu dua orang pejalan kaki yang berjalan sigap dengan mantel tebal membalut tubuh mereka.

Seorang yeoja dengan jaket tebal berwarna coklat gelap dan mantel berwarna senada berjalan angkuh menyusuri tapakan aspal hitam yang telah berubah menjadi putih pucat.

Kedua tangan kosongnya mengepal di kedua sisi kaki jengjangnya, sesekali tangan ramping itu mengusap ringan rambut hitamnya yang di ikat satu menyisakan poni dan anak-anak rambut yang menyembul liar dari sela-sela ikatan berwarna emas yang menghiasi rambutnya.

Manik matanya berwarna hitam pekat menyerupai mutiara hitam dari dasar laut Alaska. Sayangnya, mata indah itu tak menampakan binar cerah sedikit pun. Gelap, layaknya rorong gua tanpa ujung. Rahangnya terkatup rapat melukiskan garis datar tanpa celah di tengah-tengah ke dua bibir mungilnya.

Sosok itu berjalan semakin cepat, namun wajah angkuhnya menatap tanah sekarang, seperti ingin menghitung ratusan pijakan yang telah di sentuh kedua kaki jenjangnya.

BRUKKK..

Sesuatu yang keras dan hidup mendorong tubuh mungil nya beberapa senti dari tempat nya berjalan, membuat tubuh nya oleng lalu terjerambah menyentuh jalan yang dingin.

“Aww..” suara dua mahluk berlainan jenis yang sama-sama teronggok di tanah itu menyatu di udara lalu membentuk ritme yang saling bertubrukan.

Yeoja itu bangkit dengan kecepatan maksimal, lalu memutar bola matanya sinis kearah namja bermantel biru yang masih terduduk di jalanan  dingin yang di selimuti salju.

“Kau..!!” desis yeoja itu masih dengan tatapan sinis.

Namja bermantel biru itu bangkit, lalu menundukan badan nya 90 derajat.

“Mianhae..” gumam nya. Ia mengangkat wajah untuk melihat yeoja yang saat ini tengah menatapnya sinis. Untuk seperkian detik ia tak mampu menarik manik matanya dari sosok dihadapannya. Cukup membuktikan bahwa ia terpesona hanya dengan melihat manik mata yang terkesan kelam itu.

“Lain kali pakai mata mu!!” desis yeoja itu dengan tekanan yang tidak wajar pada setiap suku katanya. Tubuh mungilnya menjauh dari sosok namja yang masih memandangnya intens. Menatapnya lekat seperti ingin melukis sosok itu di otaknya. Sedetik memudian lengkungan senyum mengembang di bibir namja bermantel biru itu.

Lee yoon Ji POV___

Bangunan megah dengan pilar-pilar kaca tinggi ini masih terlihat sepi. Pohon Baobab tanpa daun menampakan ranting nya yang menjulur ke angkasa. Pohon mati yang akan hidup lagi di musim semi, persis seperti hati ku yang telah mati namun mungkin tak akan hidup lagi.

Takdir yang begitu kejam, kenyataan yang menyakitkan telah merebut garis senyuman di bibir ku, binar di mata hitam ku yang dulu selalu mengundang decak kagum.

Universitas Tai Ponk hari minggu ini benar-benar sepi, hanya beberapa orang yang mungkin punya keperluan khusus. Sedangkan aku? Aku tidak perlu keperluan khusus untuk menapaki halaman fakultas ini  karena obsesi ku saat ini adalah keluar dari neraka ku untuk menikmati secuil ketenangan yang akan membuat hati ku yang mati sedikit menghangat.

Kaki ku melangkah tanpa komando dari reseptor otak ku, seolah saraf tak sadar yang bekerja di sana. Sedangkan otak ku mengembara di ruang pekat hitam yang bahkan tak dapat terlihat oleh pikiran sekalipun. Aku mengacuhkan segala bentuk derap kehidupan di sekeliling ku, tak merasakan halus atau pun kasar, berumput atau tidak tanah yang sedang ku pijak saat ini.

Kaki ku berhenti di bawah pohon Yerak di taman belakang universitas, bertepatan dengan kembalinya kesadaran ku. Sepersekian detik kemudian aku mendongak menatap pohon Yerak yang sudah tak berdaun, lalu menjatuhkan tubuh ku di bawah pohon dan menyandarkan punggungku di batang kokoh nya.

Lelah sekali, itu yang selalu kurasakan. Seperti ada lilitan kawat berduri yang meremas hati ku.

Berlahan cairan bening yang selalu ku tahan untuk menetes, mengalir begitu saja. Aku melipat ke dua kaki ku dan membenamkan kepalaku, membiarkan tetesan bening itu membasahi jaket tebal yang ku kenakan.

Baiklah, hanya tuhan dan pohon ini yang tahu bahwa aku dalam keadaan yang cukup menyedihkan.

Park Jung So POV___

Sebenarnya sudah lama sekali aku mengagumi yeoja itu. Lee yoon Ji, yeoja yang cukuf populer karena IP nya yang selalu sempurna tiap semester. Aku memang tidak satu jurusan dengan nya, dia mahasiswi kedokteran sedangkan aku mahasiswa fakultas seni. Tapi aku tahu banyak hal tentang nya, kecuali alasan kenapa dia nyaris seperti patung hidup. Dingin tanpa expresi.

Mata indahnya kosong seperti menyimpan berjuta rahasia di dalam nya. Tidak aneh kalau dia di juluki princes Es.

Hari ini sengaja aku datang ke kampus saat libur karena aku tahu ia akan datang ke tempat favorit

nya, taman belakang gedung fakultas kedokteran, dan aku telah menjadi detektive gadungan selama 1 tahun ini hanya untuk terus mengamatinya.

Garis bibirku melengkung refleks ketika otakku memutar kembali memori yang tersimpan di otakku tadi pagi. Saat itu pertama kalinya aku bisa melihat nya dengan jarak yang begitu dekat, meneliti garis wajah nya yang sungguh sempurna, mata hitam nya yang luar biasa indah walaupun redup, dan suaranya angkuhnya yang malah terdengar merdu di telingaku walau pun kata yang di ucapkan hanya sebatas bentakan.

“Lain kali, pakai mata mu!!”

Author POV___

Park Jung So masih saja mengamati Yoon Ji yang masih larut dengan  keasikannya. Satu jam… 2 jam.. Akhirnya ia memutuskan untuk menghampiri yeoja yang menyita perhatiannya saat ini. Tangan kurusnya bergerak gelisah di antara sal rajutan warna biru yang melekat di leher nya. Sesekali tangan itu menelusuri rambut coklatnya yang cukup rapih untuk ukuran seorang namja.

Ia menghela napas, memasukan udara melalui hidung membuat diagfragma rongga dadanya mengecil lalu membesar kembali. Setelah yakin dengan keputusannya, ia menyeret kakinya di antara rerumputan yang tertutup sempurna oleh butiran-butiran salju putih.

Park Jung So POV___

Sudah 5 menit aku berada di samping nya, tapi dia masih saja sibuk dengan kegiatan aneh yang bahkan aku tidak mengerti apa asiknya mendekam di bawah pohon dengan suhu udara yang kelewat dingin.

Tulang-tulangku sudah hampir membeku karena tidak di gerakan. Heran, bagaimana yeoja ini kuat dengan hanya duduk meringkuk seperti itu. Apa jangan-jangan dia memang sudah membeku.??

Dengan panik aku mulai menggoyangkan kedua bahu nya.

“Hei.. Hei.. Kau baik-baik saja!!” seruku masih terus menggoyangkan ke dua lengan nya. Sedetik kemudian, aku terlonjak kaget merasakan tangan rampingnya menepis tangan ku tiba-tiba.

“Kau ingin mati!!’ bentaknya dengan tatapan menyeramkan. Ke dua manik mata nya yang hitam seakan menembus rongga dada ku.

“Aku hanya Khawatir.” jawabku, dengan memasang wajah polos andalanku.

“Memangnya siapa kau?!” teriaknya, ia bangkit dari duduk nya, lalu melangkah kan kaki jenjangnya secepat kilat. Aku menarik tangan nya lalu membalikan tubuh nya hingga jarak kami tak lebih dari 10 cm. Wajah nya benar-benar dingin bila di lihat sedekat ini, namun matanya menyiratkan kesakitan, hal lain tentangnya yang baru ku ketahui dan itu sedikit membuatku kaget.

“Kau tidak mau tahu nama ku.?” bisikku tepat di telinganya, aku merasakan tubuhnya menegang lalu tangannya mulai memberontak melepaskan cengkraman ku.

“Memangnya siapa kau?” desisnya tajam, masih terus mencoba melepaskan tangan nya.

“I’m your angel..”

Lee Yoon Ji POV___

“Memangnya siapa kau?!” desis ku penuh penekanan.

“I’m your angel..” gumam nya pelan membuat tubuh ku membeku seketika.

Tiba-tiba darah ku bergolak sedikit liar, seperti perlawanan darah terhadap bahan kimia yang di masukan ke dalam aliran darah, sedikit menyakitkan.

Kenapa ada kata-kata serupa itu lagi, tidak kah kata-kata itu lenyap dari muka bumi seperti lenyapnya seseorang yang selalu mengucapkan kata-kata itu pada ku?

Aku bangkit dari ilusi yang mampir di otak ku, dengan sekuat tenaga aku melepaskan tangan ku dari cengkraman napeun namja di hadapan ku ini.

Dengan satu kali putaran tumit, aku beranjak dari hadapannya, menahan butiran kristal halus yang sebentar lagi akan menggelindin menapaki wajahku.

“Hei.. Nama ku Park Jung So, pastikan kau mengingatnya!!” teriak nya.

“Senang bertemu dengan mu!!” teriaknya lagi membuat air mata ku berjatuhan tanpa dapat di kendalikan.

Salju memang tidak turun, namun tumpukan nya menyakiti pandangan ku, membuat mata ku perih. Musim dingin selalu menjadi cabe pedas yang menyakiti mata ku.

Salju ini selalu mengingat kan ku kepada satu-satu nya malaikat yang selalu menyalurkan kekuatan nya memenuhi tubuh ku.

Oppa.. Bogoshipoya, jheongmal.” gumam ku tanpa sadar di sela-sela isakan yang entah sejak kapan menggema dari bibirku.

Author POV___

Satu  Minggu berlalu sejak Jung So memutuskan mendekati Yoon Ji. Mengubah expresi patung nya dan mencairkan es di hatinya yang telah mati.

Musim salju masih berlangsung dengan tumpukan yang semakin menggunung. Butiran putih itu nyaris seperti hujan akhir-akhir ini, berjatuhan sepanjang malam, membuat benda-benda di muka bumi berubah warna.

Sebuah rumah mewah di pusat kota Seoul terlihat sepi dan dingin. Bangunan bergaya aristokrat victoria itu seperti di selubungi kepedihan yang membuat warna cerah cat tembok bangunan itu terlihat memudar.

Di salah satu ruangan super megah dengan tembok putih pucat Yoon Ji mematung meneliti wujudnya pada bingkai kaca besar yang terletak di sudut kamar. Ia menoleh, ketika suara decit pintu berwarna hijau itu terkuak berlahan. Dua orang ajussi dengan jas hitam melekat di tubuh mereka berdiri diambang pintu.

Annyeong nona!” sapa salah satu dari ajussi itu sambil membungkukan badan di ikutiajussi yang satunya lagi.

“Tuan besar ingin bertemu dengan anda.” lanjutnya.

Mereka lalu menerobos masuk untuk meraih lengan dingin Yoon Ji.

Ke dua tangan nya kini di apit oleh 2 orang namja bertubuh besar. Ia masih terpaku tanpa menggeser posisinya, membiarkan tubuh mungil gadis itu di seret paksa menuju ruangan seseorang yang baginya sangat menjijikan.

Ruangan ful AC itu terasa menyiksa bagi Yoon Ji Tubuhnya membeku, rahangnya mengeras ketika ekor matanya menangkap seorang namja paruh baya yang terduduk angkuh.

Tuan Lee mengangkat dagunya sebagai isarat menyuruh ke dua pengawalnya untuk meninggalkan ruangan nya.

“Bagaimana kabar mu?” tanya nya setelah ke dua pengawalnya pergi. Yoon Ji mendengus kecil lalu tersenyum sinis. Miris dengan pertanyaan sosok di dipan nya setelah apa yang namja tua itu lakukan padanya dan juga anggota keluarganya.

Penyiksaan jasmani yang merubah sosok ramahnya menjadi tak berexpresi. Kenyataan bahwa namja yang harus di panggilnya appa adalah pembasmi seluruh anggota keluarganya, dan yang terakhir ia melenyapkan orang yang sangat berharga dalam hidup gadis itu, kakaknya orang yang selalu menjaganya layaknya malaikat.

“Bagaimana sekolah mu?” tanya Tuan Lee lagi. Yoon Ji hanya memandang sosok angkuh di hadapannya dengan tatapan jijik.

Tuan Lee beranjak dari duduknya, berjalan dengan segala ke angkuhan nya mendekati yeoja mungil itu. Tangan besarnya meraih kepala Yoon Ji, lalu menjambak rambut nya yang tergeras bebas.

“Kau memilih tuli rupanya!” desis tuan Lee yang masih menjambak rambutnya.

Sedangkan gadis itu tersenyum sinis mendapat perlakuan yang sudah sangat biasa di terimanya.”Lepaskan tangan menjijikan mu dari rambut ku.” ucapnya dengan penuh penekanan. Wajah tuan Kim menegang menciftakan urat-urat kecil di ke dua pelipisnya.

“Baiklah, aku tak butuh jawaban mu.” ucapnya lalu menghempaskan tangan nya dari rambut gadis itu.

“Aku hanya butuh kau untuk memperluas kekuasaan ku, menikah lah dengan seorang pengusaha asal inggris pemilik perusahaan Travel, maka dia akan menghadiahkan perusahaan nya pada mu.” Lanjutnya.

“Hanya itu?” gumam Yoon Ji.

“Kau memang gadis baik!” seru tuan Lee menepuk pipi Yoon Ji dengan seringai di wajah nya. Yoon Ji menepis tangan besar itu lalu berputar meninggalkan ruangan neraka yang menyiksanya.

=====

@Taman..

Danau di taman kota telah berubah menjadi hamparan es seperti kaca. Jarum jam di tangan yeoja mungil itu menunjuk angka 11, namun matahari enggan mengexpor hangat nya, membuat suhu benar-benar dingin.

Yeoja itu berdiri di tepi danau tanpa jaket, hanya sal tipis warna putih melilit leher nya. Keadaan yang seharusnya membuat tubuh ringkih  menggigil. Tapi semua panca indra nya telah mati, ia tidak bisa merasakan apapun kecuali sayatan perih di hatinya.

Tiba-tiba seorang namja dengan jaket tebal memeluk tubuhnya dari belakang, menekan dagunya di antara pundak dan leher yeoja itu.

“Kau tidak merasa dingin Yoon-ah

Jung So POV___

Ini masih libur musim dingin, aku memutuskan untuk menggerakan kaki ku kesebuah taman di tengah kota hanya untuk mengistirahatkan otak ku yang walaupun dalam suasana libur tapi masih saja kugunakan untuk membantu perusahaan ayah yang ada di korea karena ayah sedang mengurus masalah perusahaan di Jepang.

Tuhan memang baik pada ku. Ketika aku melangkahkan kaki ku ke ujung danau, manik mata ku menangkap sosok yeoja yang telah merebut pikiran ku akhir-akhir ini.

Benar-benar yeoja gila, apa maksudnya tidak menggunakan jaket dengan cuaca seekstrim ini. Aku benar-benar takut tubuhnya membeku.

Tangan ku melingkar di tubuhnya hanya untuk menyalurkan sedikit kehangatan pada tubuhnya yang nyaris beku. Dia tidak bereaksi, benar-benar seperti patung, aku ragu dia masih hidup.

“Kau tidak merasa dingin Yoon Ji-ah?” gumam ku sambil meletakan dagu ku di pundaknya.

“Lepaskan tangan mu.” lirihnya lemah. Aku tersentak mendengar intonasi bicaranya. Tidak ada nada angkuh yang sering ku dengar, yang ada malah aura kesedihan dan kepedihan yang langsung menulari hati ku.

“Tidak kah kau ingin menghidupkan kembali hati mu.” ucap ku sambil meletakan tangan ku di dadanya.

Tubuh nya terguncang membuat ku tersentak kaget.

Aku membalikan tubuhnya. Ribuan belati mengoyak hati ku, sakit sekali melihat keadaan nya seperti ini. Wajahnya pucat dan basah di penuhi air mata, dia menundukan wajahnya membiarkan air mata nya berjatuhan menimpa butiran salju.

“Aku menyerah.” bibir mungil nya yang pucat bergerak di sela isak tangisnya. Aku membenamkan wajah nya ke dada ku, mencoba memberikan kehangatan pada hatinya, kuharap ia mengerti seberapa besar perasaan tertarikku kepadanya, ah tidak sepertinya aku mulai jatuh cinta padanya.

Lama kami seperti ini, jaket ku telah basah karena air matanya. Bahunya sudah tidak terguncang lagi, namun isakan nya masih menggerogoti hati ku, ingin sekali aku memutilasi orang yang telah membuat nya menderita.

“Joon Ji-ah..” gumam ku, ia mengangkat wajahnya menatap ku masih dengan air mata yang merembes membasahi wajah putihnya. Aku merengkuh wajahnya dan mengusap lembut air mata di pipinya.

“Aku sakit melihat mu seperti ini.” ucapku dengan sepenuh hati membuat matanya menatap lebih dalam ke mata ku. Ku tarik bibirku membentuk sebuah seyuman lalu membimbing tubuh lemah nya menuju kursi panjang. Setelah membersihkan nya aku duduk lalu menarik Yoon Ji untuk duduk di pangkuanku, menyelimuti tubuh mungilnya dengan  jakek tebal ku yang cukup besar, membuat tubuh kami tenggelam dalam satu jaket. Aku mengusap rambut nya lembut.

“Izin kan aku memasuki hatimu, menghidupkan hati mu dan aku akan membuat mu bahagia.” gumam ku di telinganya. Aku merasakan tangan nya memeluk tubuh ku erat.

Aku menggendong tubuh lemah nya yang sudah tak berdaya, mata nya terpejam, namun wajah pucat nya membuat ku benar-benar khawatir.

===

Hari sudah sangat gelap ketika aku sampai di apartemen ku, Yoon Ji masih terlelap di punggung ku.

Aku menjatuhkan tubuh mungilnya diatas sofa lalu menyalakan penghangat ruangan.

Ku selimuti tubuhnya yang menggigil, cuaca hari ini memang gila.

Ku tepuk wajah nya yang dingin, ia menggeliat pelan lalu membuka matanya.

“Kau harus makan.” ucap ku, dia hanya menatap mata ku dengan wajah yang tidak bisa ku dekripsikan.

“Kau tunggu di sini.” lanjut ku, lalu berjalan ke arah dapur untuk mengambil bubur dan air hangat.

Aku mendudukan nya di pangkuan ku, sebelah tangan ku memeluk tubuh nya.

“Kajja, buka mulut mu.” ucap ku saat dia masih terus menatap ku tanpa membuka mulutnya. Ia menggeleng pelan.

“Satu suap saja, oke..” bujuk ku, tak lama kemudian dia membuka mulutnya lalu mengunyah bubur di mulut nya berlahan.

Bibir ku tak berhenti mengulas senyum, ketika memperhatikan raut wajah nya. Aku tidak tahu bubur buatan ku seperti apa, ku akui aku tak pandai memasak, aku hanya berharap masakan ku tidak membuat nya muntah-muntah.

Aku menyimpan mangkok yang tidak berkurang isinya. Dia hanya memakan 2 sendok saja, entah buburnya tidak enak atau memang karana kondisinya, yang jelas ke dua-dua nya sama-sama buruk.

Dia meletakan kepalanya di dadaku, membuat isi dadaku berdebar hebat.

Hahh.. Aku memang mencintainya, sangat mencintainya. Tak perduli dia melihat ku atau tidak. Yang penting bagi ku dia ada dan aku bisa melihat nya.

“Kau lelah?” tanyaku, yang di balasnya dengan anggukan.

Aku mendekapnya lebih kuat di pangkuan ku, lalu menarik selimut dan melilitkan nya menutupi tubuh kami.

“Tidurlah, aku tidak akan meninggalkan mu.” aku merasakan tangannya erat melingkar di punggungku, seolah ingin melepaskan semua sakitnya.

“Kau tahu aku sedih melihat mu seperti ini. Senyuman mu adalah oksigen ku. Bisa kau bayangkan bagaimana menderitanya hidup ku tanpa bernapas? Jadi, tersenyumlah.” ucap ku sambil mengelus rambut hitam nya yang tegerai sepunggung.

“Aku mencintaimu sungguh, tak perduli kau akan membalas perasaan ku atau tidak. Yang ku butuhkan hanyalah perasaan ini ada untuk mu. Saranghaeyo Lee Yoon JI,jheongmal saranghae.” hati ku benar-benar ringan setelah mengatakan semuanya. Semua yang ingin ku katakan padanya. Aku tidak tahu ini benar atau salah mengutarakan perasaan ku di saat seperti ini. Tapi, aku yakin dia mendengar ku dan hatinya akan terbuka untuk ku.

Lee Yoon Ji POV>>>

Aku mengerjapkan mata ku yang berat karena terlalu banyak menangis. Gelombang patigo di kepalaku berdenyut menyakitkan. Aku terkejut merasakan napas seseorang menerpa keningku hangat, lebih terkejut lagi mendapati tubuh ku teronggok di pelukan seseorang.

Kemarin? Ya aku mengingat semuanya, bagaimana hati ku menghangat karena pelukan nya. Bagaimana paru-paru ku tak mampu memasok oksigen karena ucapannya.

Ku tatap wajahnya yang hanya berjarak beberapa senti dari wajah ku. Tampan, sangat tampan, bagaimana aku tak menyadari sebelum nya bahwa ada malaikat setampan ini yang memeluk tubuhku ku dan memberi rangsangan kehidupan pada hati ku yang telah mati.

Tuhan, bolehkah? Bolehkah aku berharap bahagia sekarang? Pantaskah aku kembali tersenyum bahagia detik ini?

“Kau sudah bangun?” tanya nya membuat ku langsung memalingkan wajahku yang sejak tadi menatap nya.

Berlahan aku membebaskan tubuh ku dari pelukan nya, tapi namja itu menahan pinggangku dan memeluknya lagi lebih erat. Wajah nya terbenam di leherku membuat tubuhku sedikit menegang.

“Kumohon, tetaplah seperti ini, sebentar saja. Aku tahu setelah ini kau akan pergi.” lirih nya, membuat nafas nya menyapu leherku membuat ku sedikit bergidik.

Kata-kata nya membuat hati ku berdenyut menyakitkan. Entah kenapa aku tak ingin mendengar kata-kata itu dari mulutnya.

Sebenarnya aku tak ingin pergi darinya, aku membutuhkan tangan nya untuk terus memeluk ku. Membutuhkan suaranya untuk memasok oksigen ke paru-paru ku. Aku lelah berpura-pura angkuh, lelah berpura-pura tegar, karena kenyataan ku aku lemah dan ringkih.

“Jung So-ssi..” panggil ku lirih namun berhasil membuat wajahnya terangkat dari bahu ku. Sekarang dia memandang mata ku lembut.

“Benarkah apa yang ku dengar?” tanya ku takut-takut. Aku takut apa yang ku dengar hanya ilusi karena terlalu banyak menanggung kesedihan dan kenyataan akan menghempaskan ku lagi kelorong yang lebih gelap untuk kedua kalinya, dan aku tak akan mampu bangkit lagi.

“Kau mendengarnya?” tanya Jung So antusias. Aku mengangguk lalu mengalihkan pandanganku dari wajahnya. Tiba-tiba ia memelukku lagi semakin erat membuatku kesulitan bernapas. Jantungku bereaksi begitu hebat sampai aku takut jantungku tak berdetak lagi.

“Ne, Saranghaeyo.” gumam nya di telingaku.

“Apa buktinya?” tanyaku ragu.

Jung So melepas pelukannya lalu menatap mataku dalam. Sorot matanya, aku tahu dia tulus, dia memang mencintai ku, tapi aku ingin tahu sejauh mana dia mencintaiku.

Ia melepaskan ku dari pangkuan nya lalu menggendongku ke balkon apartemen yang menghadap ke jalan utama.

“Kau ingin bukti?” tanya nya misih menggendongku. Aku hanya menganguk.

Kyuhyun mendudukan ku di atas meja kramik yang menghiasa balkonnya.

“Will You Merry me!” lanjutnya sambil mendekat wajahnya kewajahku lalu mencium kening ku.

Ji..jinja..?

Ne..”

Dengan sekali sentak aku memeluknnya erat, menumpah segala sakit di hatiku yang berlumuran darah. Berharap dada bidang nya mampu mengoleskan penawar yang mampu menyembuhkan lukaku.

Tapi..

Bagaimana dengan orang sinting yang menjual ku untuk menambah kekayaannya, aku tidak mungkin lepas darinya. Cengkraman nya begitu kuat sampai aku tak mampu berlari. Refleks aku melepaskan pelukan nya.

Waeyo?” bisiknya meraih wajah ku.

“Ayah angkat ku, orang yang membuat ku menderita. Dia..dia..” aku tergagap tak sanggup melanjutkan kata-kata ku, tak mampu membayangkan kebahagian yang ku rasakan saat ini akan di tarik paksa lagi.

Mwo?” tanya nya lembut.

“Dia memaksaku untuk menikah dengan seseorang untuk mengusai perusahaan nya, dan aku tidak bisa lepas dari cengkraman nya.” jelas ku.

Jung So menatap mata ku tajam, segaris senyum menghiasi bibir indahnya. Ia mengelus wajah ku lembut membuat darah ku mengalir cepat berkumpul di wajahku hingga pipi ku memerah.

“Aku tak akan membiarkan nya menyakiti mu lagi.”

“Lalu bagaimana?” tanya ku panik, sungguh ini adalah ketakutan terbesar dalam kehidupan ku, lebih dari ketakutan saat namja tua itu mengurungku di ruang bawah tanah

“Kau ingin aku membunuhnya?” tanyanya dengan senyum evil yang justru terlihat manis di mata ku.

“Anniyo!!” seru ku refleks. “Aku tak ingin kau masuk penjara.” lanjutku.

Jung So terkekeh lalu mencium hidung ku kilat.

“Aku akan membawa mu jauh dari nya.” katanya menatap mata ku. “Aku akan membawa mu ke Napoli. Kakekku tinggal disana.” lanjut nya.

Jinjja!” seruku membulat kan mataku. Ia terkekeh lagi sambil mengacak rambut ku.

Ne!

Sekarang aku benar-benar menatapnya tak percaya. Inikah kebahagian ku? Dari sini kah aku memulai semuanya? Melepas semua beban yang meremukan otak ku dan menyembuhkan kembali hati ku.

Jung So menarik ku lagi ke dalam pelukan nya.

Saranghaeyo Yoon-ah.. Jheongmal saranghae.” lirihnya. Ia mengecup puncak kepalaku dan mengelus nya lembut.

“Bolehkah aku berharap bahagia sekarang?” ucap ku masih dalam pelukan nya.

“Ne, karena aku yang akan mewujudkan nya.”

Aku terisak lagi dalam pelukan nya. Menekan wajah ku lebih dalam pada dada bidang nya, merasakan kenyamanan menjalari otak saraf ku, menhidupkan kembali hatiku dan mengisi penuh dengan cinta ku kepadanya.

“Kau benar. You’r my angel.”

END..

Older Entries

FFindo

FanFic For Friends

Catatan Dahlan Iskan

dahlaniskan.wordpress.com

Arene Rin

Digital journal & my own time machine

I Am Mujahid

Bersama Melanjutkan Tradisi Kebaikan

RirinKyu

Shin Ae Rin-Kyuhyun-ssi World